"Saya Tidak Lulus SD, Baru Kali Ini Mengibarkan Bendera"

REDAKSIRIAU.CO, MALANG - Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Kemerdekaan RI menjadi pengalaman berharga bagi Muhammad Bardha Sadeli (17). Pada upacara yang digelar oleh sejumlah anak jalanan di Jalan Blitar, Kota Malang, Jawa Timur, ia menjadi anggota pengibar bendera. Bardha mengaku baru pertama kali mengibarkan bendera. Ia putus sekolah sejak kelas 5 SD dan sejak itu pula ia hidup di jalanan menjadi pengamen. Meski tak disaksikan oleh pejabat tinggi negeri ini, Bardha mengaku merasa waswas. Sebab sebelumnya ia tidak pernah mengikuti gerak jalan, apalagi menjadi pengibar bendera. "Pertama agak sulit sih. Dulu kan saya tidak lulus SD. Baru kali ini tadi mengibarkan bendera," katanya seusai upacara, Rabu (17/8/2016). Bardha mengaku yang paling menegangkan adalah saat ia mengikat tali bendera ke tali tiang. Ia khawatir bendera itu akan terbalik saat dikibarkan. "Takut kebalik juga. Dari kecil kan cuma lihat saja," ungkapnya. Di hari kemerdekaan ke-71 ini, Bardha mengaku masih belum merasa merdeka. Sebab, di usianya yang sudah 17 tahun, ia belum mendapat pekerjaan. Akibatnya ia harus berada di jalan bersama pengamen lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Sekarang sih merasa masih belum merdeka. Belum punya pengalaman kerja. Pengen punya pengalaman banyak. Biar gampang cari kerja," jelasnya. Selain mengamen, Bardha bersama teman-temannya saat ini menjalani pembinaan di Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT) Kota Malang. Harapannya ia bisa memiliki keterampilan sehingga bisa mencari kerja. Ada sekitar 150 anak jalanan yang ikut dalam upacara tersebut. Para anak jalanan itu berada dalam binaan JKJT. Ketua Umum JKJT Kota Malang Agustinus Tedja mengatakan, ada 1.807 anak jalanan yang berada di bawah binaannya. Rata-rata mereka anak jalanan yang mengalami putus sekolah. Namun begitu, ada sekitar 500 anak jalanan yang sudah berhasil ia sekolahkan. "Yang jelas mereka putus sekolah karena faktor ekonomi dan minimnya pemahaman orangtua kepada pentingnya pendidikan," ungkapnya. Terkait dengan kemasan upacara yang berbeda dengan upacara pada umumnya, Tedja mengaku ingin memberikan kesan bahwa anak jalanan sampai sejauh ini masih belum mengalami kemerdekaan. Para anak jalanan itu dikatakannya masih berada di bawah bayang-bayang Dinas Sosial. Padahal, Dinas Sosial selama ini tidak memberikan pembinaan. Menurut dia, Dinas Sosial hanya bisa menangkap anak jalanan itu. "Itu format acara kita beda. Intinya kita tidak ingin siapa-siapa. Kita hanya ingin melihat bendera. Budaya kita mengangkat bukan menindas," ungkapnya. Menurutnya, budaya yang ada di Indonesia saat ini masih mengeksploitasi masyarakat kecil. "Untuk orang-orang kecil belum merdeka. Mereka malah sering kali dieksploitasi," ungkapnya.

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...