20 November 1946, Letupan Senapan Perang Puputan Margarana

REDAKSIRIAU.CO,PEKANBARU - Tepat tanggal 20 November 1946, menjadi momen hari bersejarah di Tanah Air. Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai bersama dengan pasukannya, Ciung Wanara melakukan perjalanan kaki ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Tiba-tiba di tengah perjalanan, pasukan ini dicegat oleh serdadu Belanda di Desa Marga, Tabanan, Bali.

Awalnya, tertanggal 2 dan 3 Maret 1949, belanda mendaratkan pasukannya sebanyak 2000 tentara di Bali, termasuk tokoh yang berpihak ke Belanda untuk mendirikan Negara Indonesia Timur. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI, sehingga dia tidak mengetahui tentang pendaratan Belanda tersebut.

Loading...

Belanda berusaha membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai untuk terlibat dalam pembentukan negara baru itu. I Gusti Ngurah Rai, menolak ajakan itu. Karena sudah dihadang Belanda, pertempuran sengit tidak terelakkan. Sontak daerah Marga yang saat itu masih dikelilingi ladang jagung yang tenang, berubah menjadi hingar bingar dan mendebarkan bagi warga sekitar. Bunyi letupan senjata tiba-tiba serentak mengepung ladang jagung di daerah perbukitan yang terletak sekitar 40 kilometer dari Denpasar itu.

Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda. Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari I Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda menyerang diletuskan, puluhan pemuda menyeruak dari ladang jagung dan membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil memukul mundur serdadu Belanda.

Namun ternyata pertempuran belum usai. Kali ini serdadu Belanda yang sudah terpancing emosi berubah menjadi semakin brutal. Kali ini, bukan hanya letupan senjata yang terdengar, namun NICA menggempur pasukan muda I Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari pesawat udara. Hamparan sawah dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang pembantaian penuh asap dan darah.

Perang sampai habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai peristiwa Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga adalah sejarah penting tonggak perjuangan rakyat di Indonesia melawan kolonial Belanda demi Nusa dan Bangsa.

Pada tanggal 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara Berhasil memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan. Atas peritiwa itu, setiap tanggal 20 November, menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia dan dikenal dengan peritiwa Perang Puputan Margarana.

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...