Pengakuan Tak Terduga Mahasiswi yang Buang Bayinya di Boyolali

REDAKSIRIAU.CO.ID Tersangka pembuang bayi di Boyolali, Erna Fatmawati (19) menyampaikan pengakuannya di depan wartawan. Mahasiswi perguruan tinggi swasta di Solo ini memulai ceritanya tentang proses kelahiran bayinya.

Erna mengaku, bayi perempuan itu merupakan hasil hubungan gelap dengan pacarnya, yang warga Pandeyan, Ngemplak, Boyolali. Pemuda yang dipacarinya sejak kelas 2 SMK hingga saat ini.

Bayi itu dilahirkan pada Selasa (24/7) malam, di dalam kamarnya sendirian.
 

 

"Ibu di rumah, tapi ibu saya tidak tahu," kata Erna kepada para wartawan di Mapolres Boyolali, Senin (30/7/2018).

Dia pun hingga kini masih berhubungan dengan pacarnya tersebut. Bahkan, setelah melahirkan buah cintanya itu, dia juga menyampaikan kabar tersebut kepada pacarnya melalui pesan singkat.

"Pas lahiran, saya WA. Tapi nggak dibalas. Balasnya pagi, tapi membalas story WA saya. Kan saya tulis selamat jalan, gitu. Dibalas (pacarnya), maksudnya apa?" cerita Erna.

Dia pun mengaku tidak tahu, bayinya itu lahir masih hidup atau sudah meninggal dunia. Namun, menurut dia, bayinya tersebut tidak menangis. Dia juga sempat memegang dadanya dan tidak ada detak jantungnya.

"Kan melahirkannya (dengan posisi) jongkok. Bayi tengkurap, tak (saya) biarkan sekitar 5 menit. Saya masih lemas jadi tidak kuat mengangkat. Habis 5 menit (bayi) tak balik, nggak menangis," katanya.

Erna kemudian membersihkan lendir di tubuh bayinya. Lendir di hidung juga dibersihkannya.
 

Loading...

"Tapi nggak nangis-nangis. Saya pegang dadanya tak ada detaknya. Di hidungnya kan masih ada lendirnya, tak (saya) bersihkan biar lendirnya hilang dan bisa bernafas. Nggak bisa bernafas, kemudian tak gendong tetap nggak nangis-nangis. Saya baringkan, Saya angkat lagi, juga nggak nangis-nangis," ngakunya.

Kemudian dia pun memutus tali pusar bayi yang masih tersambung dengan ari-arinya tersebut.

"Terus jam 12 kurang (malam) tali pusarnya saya potong. Lahir jam 10 (malam) kurang," imbuhnya.

Dia pun mengaku sangat sayang dengan bayinya tersebut. Bahkan dia sempat tidur bersama bayinya sebelum dibuang pada Rabu (25/7) malam, sepulang kuliah.

"Saya bersihkan, saya bedaki dan saya jilbabi. Terus saya taruh di kursi, saya tinggal ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Kemudian kembali lagi ke kamar, saya keloni (bayinya), tapi nggak menangis," katanya lagi.

Dia pun berfikir jika bayinya sudah meninggal dunia.

"Rabu pagi itu masih saya gendong, saya timang-timang saya ajak keliling kamar. Saya buka jilbabnya, saya gendong , saya tepuk-tepuk pantatnya, nggak gerak-gerak juga. Terus saya bungkus jilbab lagi, saya keloni lagi sampai sore," lanjut Erna sambil menitikan air mata.

Dia bahkan sempat membawa bayinya kuliah di Solo pada Rabu sore. Bayi itu dia masukkan ke kardus dan tasnya.

"Saya masukkan ke tas. Pas di kammpus tas dipangku terus, sesekali saya lihat, saya tutup lagi. Kasihan pingin nangis. Pingin saya keluarin, takut."

Dia pun tidak berani menceritakan kelahiran bayinya ke orang tua karena takut. Namun, anak kedua dari empat bersaudara itu mengaku sangat sayang kepada bayinya tersebut. Bahkan, dia juga memotret dan merekam bayinya itu lalu disimpan di dalam laptopnya. Bahkan, dia juga memotong rambut bayinya lalu disimpan.

"Menyesal, pingin lihat jenazahnya. Sempat saya foto, saya video. Jilbab (yang dipakai membungkus) saya simpan, kan masih ada darah-darahnya. Rambutnya saya gunting sedikit, saya simpen," terang Erna.

Bayi itu dilahirkannya saat usia kandungan menginjak 8 bulan dengan bobot sekitar 3 kg dan panjang 50 cm.

Dalam kesempatan yang sama, Kapolres Boyolali, AKBP Aries Andhi, menambahkan kasus yang menimpa Erna ini dapat menjadi pembelajaran pada anak-anak muda lainnya. Harus memperhatikan etika dalam berhubungan dan pertemanan.

"Jangan sampai menjadi korban seperti yang dialami oleh Erna ini," imbau Aries

Detiknews

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...