Direktur Keuangan PLN Sarwono? mengungkapkan, pembangunan pembangkit listrik PLTG Mobile/Mobile Power Plant (MPP) total 500 Megawatt (MW), yang merupakan bagian dari program 35.000 MW, mendapatkan pendanaan dari lembaga keuangan dua negara tersebut. ?Menggunakan skema Export Credit Agency (ECA) tanpa jaminan Pemerintah Indonesia dengan tingkat suku bunga sangat kompetitif dan fixed, meminimalisir risiko fluktuasi tingkat suku bunga pinjaman yang sangat volatile.
"Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang dengan masa repayment selama 12 tahun," katanya seperti dalam rilis yang diterima SINDOnews di Jakarta, Sabtu (3/11/2016).
Sarwono mengungkapkan, skema pendanaan ECA tanpa jaminan pemerintah ini merupakan salah satu alternatif pendanaan yang dilakukan PLN dalam portofolio pinjamannya selain yang dapat diperoleh dari pasar obligasi ataupun pendanaan dari lembaga perbankan serta lembaga kreditur baik bilateral maupun multilateral.
Menurutnya, pendanaan dari kedua kreditur untuk program 35.000 MW m?erupakan bukti komitmen PLN dalam upaya menyelesaikan tugasnya menyediakan listrik bagi masyarakat yang saat ini didaerahnya masih mengalami kekurangan pasokan.
“Yang tidak kalah penting juga yaitu PLN sebagai agen pembangunan mendukung penyediaan pasokan listrik yang memadai untuk mendukung kebutuhan akan listrik sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi daerah serta nasional,” imbuh dia.
Adapun pembangunan Mobile Power Plant itu sendiri tersebar di 8 lokasi yaitu Lampung (4 x 25 MW), Pontianak (4 x 25 MW), Bangka (2 x 25 MW), Riau (3 x 25 MW), Belitung (25 MW), Ampenan (2 x 25 MW), Paya Pasir (3 x 25 MW) dan Nias 25 MW. MPP 500 MW tersebut mulai pembangunan hingga pengoperasiannya dikelola oleh anak perusahaan PLN yaitu PLN Batam.
Pemilihan lokasi-lokasi tersebut didasarkan pada kondisi yang masih kekurangan pasokan listrik dan juga membutuhkan tambahan pasokan listrik dikarenakan tingginya pertumbuhan listrik di daerah tersebut. Sehingga Mobile Power Plant dipilih untuk menjadi solusi cepat dan tepat.
Bersamaan dengan itu, PLN juga membangun pembangkit-pembangkit baru yang sifatnya fixed seperti PLTU. Sehingga nantinya apabila daerah tersebut sudah tercukupi pasokannya dan ada daerah lain yang membutuhkan, maka pembangkit mobile ini dapat dengan mudah dipindahkan ke lokasi atau daerah yang masih sangat membutuhkan tambahan pasokan listrik.
MPP ini menggunakan pembangkit dari General Electric dengan skema EPC (Engineering Procurement Construction) dimana seluruh pembangkit ini diperkirakan akan masuk tahap COD (Commercial Operation Date) pada Januari 2017. Sebagian pembangkit MPP 500 MW saat ini telah beroperasi dan sudah mendukung pasokan listrik di beberapa daerah, mengingat tingginya permintaan tambahan pasokan listrik yang harus segera dipenuhi oleh PLN.