REDAKSIRIAU.CO Kota ini bernama Angeles. Lokasinya sekitar 80 kilometer sebelah utara Manila, Filipina. Di Kota Angeles inilah generasi anak-anak hasil “wisata seks” tumbuh tanpa tahu siapa ayah biologis mereka.
Wajah dari generasi anak-anak ini muncul dalam rangkaian foto patah hati berjudul “Dad is Gone”.
Fotografer Stephanie Borcard dan Nicolas Metraux pernah menghabiskan banyak waktu di Angeles pada tahun 2014. Mereka mengambil gambar anak-anak yang lahir dari “wisata seks” itu.
Di beberapa wilayah tertentu dari Filipina dikenal sebagi distrik “lampu merah”. Sampai tahun 1991, salah satunya menjadi pangkalan militer Clark Air, sebuah pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang berjarak 3 mil dari Angeles. Di sekitar kota itu pula marak rumah bordil dan "bar girlie” yang akhirnya mengubah kota ini menjadi salah satu tujuan wisata seks paling populer di Filipina.
Hari ini, sekitar 12 ribu perempuan yang bekerja di bar di kawasan Angeles.
Fenomena ini mirip dengan “wisata seks” di Thailand. Bedanya, para pelanggan internasional di Filipina cenderung mencari "pacar berpengalaman” yang dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.
Setiap tahun, ribuan anak-anak lahir dari hubungan berbayar ini. Ayah-ayah mereka berasal dari berbagai negara, seperti Amerika, Australia, Inggris, Jerman, Swiss, Korea atau Jepang. Ribuan anak itu ditinggalkan ayah biologis mereka.
Di negara dengan mayoritas penduduknya beragama Katolik ini, aborsi dianggap sebagai kejahatan dan dihukum berat.
Anak-anak ini tumbuh mencari identitas mereka sendiri, di mana figur ayah masih menjadi tanda tanya. Jayvee, 5, misalnya. Ibunya masih bertukar e-mail dengan ayah biologis Jayvee, warga Wisconsin, AS berusia 45 tahun. Namun, ibu dan anak ini tidak mendapatkan dukungan keuangan dari pria AS tersebut.
Contoh lain, Angela Paula, 4, yang mulai sekolah di Mabalacat. Ayahnya adalah seorang arsitek asal Korea berusi 47 tahun. Sang ayah biologis ingin bertemu putrinya, tapi ibu Angela menolak karen takut putrinya dibawa ke Seoul.
Ada lagi, Samantha Elise, 6, dan adik satu ibu-nya, Briana Louise, yang berusia 3 tahun. Ayah Samantha adalah pria India, sedangkan ayah Briana adalah pria Kanada.
Kemudiaan, Benny, yang berusia 3 tahun. Ayahnya adalah pria asal Australia dan masih memberikan uang 10.000 peso per bulan. Ibu Benny sendiri terus bekerja di Fields Avenue, sebuah bar di Angeles. Ada 12 ribu perempuan yang bekerja di Fields Aveneu.
Lain lagi ceritanya dengan Michael, 4. Anak dari Mary Ann, 36. Ayah Michael adalah pria Jerman yang bersedia menandatangani akta kelahiran Michael. Tetapi dia tidak memberikan dukungan finanasial. Ayah Michael masih hidup di Filipina dan bekerja di wilayah tersebut.
Tak hanya anak kecil, generasi yang lahir dari “wisata seks” di kota ini sudah ada yang tumbuh dewasa. Sara Jane, 20, contohnya. Ayahnya adalah pria Amerika. Dia tidak memiliki informasi tentang sang ayah dan ibunya tidak ingin membicarakannya. Ibunya hidup di klub malam bernama Las Vegas untuk membiayai hidup Sara hingga gadis itu lulus perguruan tinggi. Sara yang merupakan ahli pemrograman komputer dari Universitas Angeles kini sedang mencari pekerjaan.
Ada lagi Mary Grace, yang berusia 16 tahun. Dia tidak pernah bertemu ayahnya, seorang warga negara Swiss, tapi tahu namanya. Mary pernah menyimpan foto ayahnya tapi sudah hancur karena lembab. Dia dibesarkan oleh bibinya.
Sejumlah besar perempuan yang datang ke Angeles rata-rata dari Samar, Leyte dan Visayas. Mereka terpikat datang ke Angeles setelah melihat teman-teman mereka yang menjalani "kehidupan yang lebih baik" karena pekerjaan mereka di industri prostitusi.
Perempuan muda lainnya beralih ke prostitusi setelah mereka menjadi ibu yang tidak menikah. Alat kontrasepsi seperti kondom jarang digunakan di Filipina karena Gereja Katolik menentangnya.
Prostitusi di Filipina sejatinya ilegal. Bagi yang melanggar bisa dikenai denda. Bahkan yang terlibat dalm perdagangan manusia bisa dipenjara seumur hidup. Meskipun demikian, pada tahun 2013 diperkirakan ada hingga 500 ribu (mayoritas perempuan) menjadi pekerja seks di Filipina.
Senator Filipina, Pia S. Cateyano, seperti dikutip news.com.au, Sabtu (30/4/2016), membenarkan adanya UU Anti-Prostitusi di negaranya. Namun, dia mengklaim jumlah orang yang terlibat dalam prostitusi di Filipina sebenarnya bisa mencapai 800 ribu orang.
Sindonews.com