REDAKSIRIAU.CO Awal Ramadan ini terasa sulit bagi Aminatun sekeluarga. Anak ketiganya, Farikah Amafiroh (18) menghilang usai pulang dari Pondok Pesantren (Ponpes) Arwaniyyah, Sabtu (12/5) lalu. Anak berusia 18 tahun ini pergi membawa satu set baju dan dua telepon seluler yang hingga hari ini nomornya tidak aktif.
Ceritanya, pagi itu Farikah mengadu ke orang tuanya tidak ingin kembali ke pesantren. Dia tidak ingin melanjutkan menghafal Alquran lagi. Tak jelas apa masalahnya, tapi Farikah bersikeras tidak ingin ke pesantren.
Sayang keinginannya itu tak disambut baik kedua orang tuanya, Aminatun dan Rohman Pramono. Orang tua Farikah tak rela anaknya berhenti menghafal Alquran.
Tiga hari setelah perdebatan itu, Aminatun mendapati anaknya menghilang. Saat itu, adik Farikah, Suryaningrum melihat kakaknya dijemput lelaki yang diduga dikenal melalui Facebook.
Hal itu diketahui sekitar pukul 02.00 dini hari pada Selasa (15/5) lalu.
Selama 24 jam menunggu, rupanya Farikah tak juga kembali ke rumah.
Keluarganya pun mencari di rumah saudara hingga tetangga yang jaraknya cukup jauh. Hasilnya nihil. Tak hanya itu, keduanya juga mendatangi satu per satu rumah teman Farikah. Tak hanya teman semasa sekolah, tetapi juga teman di sekitar pesantren. Hasilnya juga sama, nihil.
Merasa kasihan, Yulianto (33), sepupu Farikah, meminta keluarga untuk lapor polisi. Namun pihak keluarga enggan melapor. Dengan alasan malu dan tidak perlu. Namun karena sudah sepekan menghilang, Yulianto akhirnya memberitakan kabar kehilangan sepupunya itu.
”Saya sengaja memposting di media sosial berita kepergian sepupu saya itu. Biar banyak yang share dan membantu menemukan. Saya khawatir jika sepupu saya itu menjadi korban human trafficking,” ungkapnya.
Yulianto yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Farikah di RT 3/RW 4 Desa Jetis Kapuan, Jati, Kudus, itu membeberkan bahwa Farikah pergi dengan membawa satu set pakaian dan dua handphone. Saat pergi dia memakai pakaian kotak-kotak biru, celana jins biru, kerudung kuning, sandal gunung kuning, dan tas gendong biru.
”Meski membawa dua handphone, hingga saat ini nomornya tidak aktif. Nah sayangnya, anak ini tidak membawa uang sepeser pun. Kami sekeluarga tentu khawatir,” terangnya.
Yulianto alias Ebleh mengatakan, sepupunya itu memang pendiam, tidak memiliki teman dekat, kurang pergaulan, dan lebih sering menyendiri. Karena bermasalah setelah pulang dari pesantren, pihak keluarga akhirnya mencari tahu masalah di pesantren.
Namun dari keterangan pengasuh, pengurus, hingga temannya, selama ini tidak ada masalah dengan siapa pun. Sebab, Farikah tergolong santri yang pendiam. ”Anaknya sangat pendiam. Meski sepupu dan rumah kami berdampingan, kami nyaris jarang berkomunikasi. Selain itu anaknya memang tidak hobi keluar rumah,” papar Yulianto.
Sempat putus asa mencari, keluarga pun lantas mendatangi dukun untuk mencari tahu keberadaan Farikah. Dari hasil sowan itu, keluarga meyakini Farikah pergi ke Demak.
Namun setelah pencarian beberapa kali, hingga kini juga tidak ditemukan. Pencarian pun berlanjut hingga ke Grobogan dan Pati. Hasilnya juga nihil.
”Kota-kota yang saya sebutkan tadi kan sangat luas. Keluarga meyakini keberadaan Farikah berada di salah satu kota itu. Namun karena keterbatasan, kami memaksa orang tua Farikah lapor polisi. Biar dibantu mencari,” jelasnya.
Kapolres Kudus AKBP Agusman Gurning melalui Kasatreskrim AKP Ongkoseno Grandiarso Sukahar mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapat laporan menghilangnya Farikah. Kendati demikian, pihaknya akan cek informasi ini.
”Sementara ini belum ada laporan,” imbuhnya. (mal/lil/jpg)
Radar Tegal.com