Nilai jual yang dinilai masih sangat rendah yaitu berkisar antara Rp 1900 hingga Rp 2000 perkilogram ini membuat para petani kelapa di daerah itu bingung untuk melakukan pemeliharaan kebun kelapa mereka yang saat ini terendam air.
Edi salah seorang petani di daerah tersebut mengungkapkan bahwa nilai jual buah kelapa saat ini sangat tidak berpihak kepada masyarakat setempat yang mayoritasnya adalah petani kelapa, menurut pria kelahiran Desa Teluk Sungka ini, nilai jual buah kelapa tersebut tidak akan cukup untuk biaya pemeliharaan kebun kelapa mereka, hal itu dikarenakan tingginya kebutuhan biaya hidup dan biaya perawatan kebun kelapa.
"Rendah sekali harganya, buat makan saja masih sulit apalagi untuk biaya perawatan, tidak akan cukup," katanya kepada redaksiriau.co, Kamis (9/11/2017).
Menurut pengakuannya, anjloknya nilai jual komoditi ini sudah berlangsung cukup lama yaitu sekitar pada bulan Juli 2017 yang lalu dan hingga kini para petani setempat masih berkeluh kesah dengan nilai jual yang dinilai rendah tersebut.
"Sebelumnya masih terbilang bagus harganya, yaitu tiga ribu sekilo," sebut Edi.
Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Karim salah seorang petani yang berada di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, menurutnya harga jual yang berpihak kepada masyarakat itu diangka Rp 4000 keatas perkilogramnya.
"Paling tidak harga normal itu sekitar empat ribu lebih lah satu kilonya," ungkap Karim.
Petani yang memiliki empat orang anak ini mengatakan bahwa, harapan mereka sebagai masyarakat yang hanya mengandalkan hasil pertanian kebun kelapa untuk biaya hidup tidak lain adalah agar pihak-pihak terkait dapat benar-benar perduli dengan kehidupan mereka yang saat ini tidak tahu harus mengadu kepada siapa.
"Kami hanya bisa berharap agar harga kelapa ini bisa naik dan sesuai dengan yang kami harapkan," sampainya dengan penuh harap.