Ini Kekhawatiran dan Harapan Petani di Inhil Kepada Pemerintah Daerah

Ist
REDAKSIRIAU.CO, INDRAGIRI HILIR - Sejumlah petani di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) Provinsi Riau kembali khawatir dengan kondisi harga jual biji kelapa yang selama ini menjadi ladang penghasilan mereka. Pasalnya, nilai jual komoditi unggulan mereka itu saat ini mengalami penurunan harga.

"Baru saja naik sampai tiga ribu sekilo, sekarang sudah turun lagi sampai dua ribu lebih," keluh Edi salah seorang petani yang berada di Desa Teluk Sungka Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS) Inhil.

Loading...

Sebagai seorang petani yang hanya mengandalkan pendapatan dari butir-butir buah kelapa miliknya, Edi mengaku sangat mengkhawatirkan kondisi nilai jual tersebut, ia pun sangat mengharapkan agar harga jual komoditi tersebut bisa kembali naik ke angka yang dinilai bisa mencukupi kebutuhan hidup para petani.

"Sedangkan tiga ribu saja masih belum mencukupi, karena biaya untuk perawatan dan mengerjakan sampai bisa dijual (biji kelapa, red) sudah berapa, apalagi bahan makanan saat ini tidak pernah turun harga, ini tentu berpengaruh terhadap kondisi ekonomi kami," ungkapnya.

Selain Edi, Rim salah seorang petani di Kecamatan Mandah Inhil juga mengungkapkan hal yang sama, ia merasa seperti dipermainkan oleh ketidakstabilan harga jual komoditi tersebut. Hal itu dikarenakan proses pengerjaan dari biji kelapa tersebut juga membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan kenaikan harga jual dari para pengepul dan pembeli biji kelapa lainnya hanya sebentar saja.

"Kadang kita baru separuh mengerjakan kelapa harganya sudah turun lagi, hanya petani-petani yang beruntung saja yang dapat menjual dengan harga itu," ungkapnya.

Menurut ceritanya, kondisi ketidakstabilan harga jual buah kelapa di daerahnya tersebut memang sudah lama berlangsung bertahun-tahun. Sebagai petani kecil, ia juga mengaku tidak mengetahui apa penyebab turunnya harga jual salah satu penghasilan terbesar masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir itu.

"Entah permainan para pembeli yang ingin mendapatkan untung berlipat saja, atau memang ada hal lainnya yang menyebabkan terjadinya penurunan harga itu, kami tidak tahu juga dan kami hanya bisa berharap dengan sangat agar harga kelapa bisa mencukupi kebutuhan hidup kami," sebutnya.

Lebih jauh bapak dari empat orang anak tersebut menuturkan, keluhan para petani lainnya adalah tentang kondisi kebun kelapa yang saat ini banyak rusak akibat dari serangan hama hingga terendam air pasang.

"Tapi kalau di Desa Lubuk Kempas tepatnya di daerah Sederhana ini, kami kesulitan tidak adanya akses jalur air untuk membawa hasil kebun kami, jadi kami betul-betul mengandalkan tenaga untuk membawa kelapa dengan menggunakan alat angkut tradisional seperti ambong ini," sebut Rim lagi.

Untuk itu ia berharap kepada pemerintah daerah agar bisa memperhatikan kondisi tersebut dengan cara membangun kanal-kanal yang bisa digunakan untuk membawa biji kelapa sekaligus sebagai alat antisipasi jika terjadi kebakaran lahan dan hutan.

"Karena disini kondisi tanahnya adalah gambut, jadi jika musim panas sangat rentan dengan kebakaran, selama ini kami hanya mampu membuat parit-parit kecil untuk kebun kami," ungkap Rim berharap.

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...