Loading...
Suami Meninggal di Tenda Padepokan, Bekas Juru Masak Mengadu ke Polisi
REDAKSIRIAU.CO, – PROBOLINGGO, — Bekas juru masak Padepokan Dimas Kanjeng berinisial J, warga dari salah satu kabupaten di Jawa Timur, mengadu ke polisi lantaran suaminya meninggal tak wajar di tenda padepokan.
J didampingi lima kerabatnya mengadu ke Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara di Mapolres, Jumat (28/10/2016) sore.
J menceritakan kronologi mulai dia dan suaminya bergabung ke padepokan hingga sang suami meninggal di tenda padepokan pada 13 September 2016 lalu.
Perempuan ini juga menyerahkan sejumlah benda yang dia dapat dari Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, kepada polisi.
Benda tersebut yakni foto Dimas Kanjeng bersama para penjaga gudang uang, foto Dimas Kanjeng dengan istri, serta foto Dimas Kanjeng bersama ulama.
Barang yang juga diserahkan adalah lembaran uang kertas rupiah dan uang Turki yang dibungkus plastik.
Soal kematian suaminya berinisial I di tenda padepokan, J menceritakan bahwa dia meninggal tak wajar lantaran kukunya hitam.
Saat itu, J dan I berada di dalam tenda padepokan. Pada tengah malam, I keluar tenda dan mengambil wudu untuk wirid.
"Setelah selesai wirid, dia masuk ke dalam tenda lalu telentang. Saat saya bangunkan, dia tak bangun-bangun. Tengkuknya banyak mengeluarkan keringat. Ulu hatinya juga saya sentuh. Kukunya hitam. Saat tangan saya diletakkan di atas hidungnya, sudah tak bernapas. Saya langsung berteriak minta tolong. Lalu para santri datang," katanya kepada wartawan.
Karena meninggal, jenazah I dibawa ke rumahnya di salah satu Kabupaten di Jawa Timur dan dimakamkan di sana.
J mengaku ikhlas suaminya meninggal, tetapi masih penasaran penyebab suaminya meninggal. Atas saran keluarga dan kerabat, J akhirnya mengadu ke polisi.
J dan suaminya menjadi santri padepokan sejak 2012. Sebelum I meninggal di padepokan, kedua pasutri paruh baya ini tinggal di tenda padepokan selama 3 bulan 9 hari. Selama di tenda padepokan, J mengaku menjadi juru masak.
"Saya menjadi juru masak selama tinggal di tenda padepokan. Karena jadi juru masak, saya tak perlu beli beras. Jadi makan di sana gratis, dikasih pihak padepokan dan santri lain," jelasnya.
J juga mengharapkan pencairan. Dia menyetor mahar kepada koordinator senilai total Rp 1,5 juta, tetapi hingga kini tak kunjung cair."Kalau ada pencairan, tak mungkin akan jadi seperti ini," ujarnya.
Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial
Tulis Komentar
Loading...