Jar dijerat dengan Pasal 81 Ayat (3) UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. "Aksi bejat terdakwa berawal pada Agustus 2015 sekitar pukul 22.00 malam. Saat itu dia mengaku pegal dan meminta korban untuk memijit tubuhnya," ungkap Jaksa Penuntut Umum (JPU) Rudi Sutanta di Palangka Raya, di Ruang Sidang PN Palangka Raya, Selasa (2/8/2016).
Sesuai dakwaan, kata Rudi, saat koban memijit bagian paha kemudian nafsu terdakwa muncul. Jar kemudian menjanjikan memberi uang kepada korban serta menarik tangan LS untuk memegang kemaluannya.
Korban berusaha melawan, namun terdakwa mengancam jika keinginannya tak diikuti maka LS akan diusir dari rumah. Korban pun terpaksa mengikuti lalu disetubuhi Jar.
Perbuatan Jar diulangi lagi pada Febuari 2016 di rumah dinas guru SD. Korban yang sedang tidur dihampiri lalu dipaksa bersetubuh. Kali ini terdakwa mengancam jika kemauannya tak diikuti maka korban akan dibunuh.
Perbuatan itu diulang lagi beberapa kali hingga pada Minggu 21 Februari 2016, sekitar pukul 12.00 korban yang sedang tidur siang dihampiri.
Singkat cerita, terdakwa sudah melepas celana korban dan celananya. Namun, istri terdakwa, Jan, datang dan memergoki aksi Jar. Terdakwa kemudian memukul korban dengan sapu dan mengatakan dirinya digoda anak tirinya.
LS yang lari selama tiga hari dua malam kemudian bertemu saksi Bintang D Tunen dan menceritakan petaka yang menimpanya. Berdasarkan cerita itu, korban kemudian diantar membuat laporan yang diikuti penangkapan pelaku Jar.
