BI Ramal Defisit Transaksi Berjalan 2018 di Level 2,19 Persen

REDAKSIRIAU.CO ID CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada tahun ini akan berada di sekitar 2,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit tersebut naik dari realisasi defisit neraca transaksi berjalan 2017 yang hanya 1,7 persen dari PDB.

Defisit juga naik dari proyeksi BI sebelumnya. BI sebelumnya memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan 2018 hanya akan berada di kisaran 2-2,5 persen dari PDB. Meskipun berpotensi melebar, Perry mengatakan defisit tersebut masih cukup aman.

"Angkanya masih di bawah 3 persen," katanya di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10).

Agar angka defisit neraca transaksi berjalan tetap terjaga, pemerintah dan BI kata Perry akan meningkatkan koordinasi. Koordinasi dan kerja sama tersebut saat ini sudah mulai jalan.


Dari sisi pemerintah, agar angka defisit neraca transaksi berjalan bisa dikendalikan, mereka telah mengeluarkan kebijakan pengendalian impor. Upaya tersebut dilakukan dengan dua cara.

Pertama, menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) impor atas beberapa jenis barang konsumsi. Kedua, menerapkan kewajiban pencampuran biodiesel pada BBM (B20). 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kedua kebijakan itu dapat menghemat banyak pengeluaran devisa. Khusus untuk kebijakan B20, ia memprediksi devisa yang dihemat dan bisa didapat bisa mencapai US$50 miliar dalam lima tahun ke depan.

"Kalau tahun depan kita bisa terima US$20 miliar, 2024 bisa lah US$30 miliar. Ini bisa buat positif defisit transaksi berjalan," tutur Luhut belum lama ini.

Berdasarkan data BI, defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018 melebar US$8 miliar atau telah mencapai tiga persen terhadap PDB. Sementara, pada kuartal I 2018 jumlah defisit transaksi berjalan masih sebesar US$5,7 miliar atau 2,2 persen terhadap PDB
.

Loading...

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...