RI Tergantung Impor Sapi, Tapi Tercatat Sebagai Pengekspor Babi

REDAKSIRIAU.CO JAKARTA - Indonesia saat ini masih sangat tergantung terhadap pasokan sapi bakalan dan daging sapi impor.

 

Tingginya kebutuhan tidak dibarengi dengan kecukupan pemenuhan dari peternak sapi lokal.

Loading...


Akibatnya, selalu muncul persoalan kenaikan harga saat permintaan tinggi seperti pada Bulan Ramadan dan jelang Lebaran. Harga daging sapi saat ini di pasar dijual Rp 120.000-Rp130.000/kg, sedangkan pemerintah menargetkan harga daging sapi bisa di bawah Rp 80.000/kg.


Persoalan ini terus terulang sepanjang tahun, meskipun pemerintah baru-baru ini membuka keran impor daging sapi beku jenis secondary cut sebesar 23.200 ton untuk menurunkan harga.


Selain itu, pemerintah juga telah memberi jatah impor sapi bakalan selama selama 6 bulan atau triwulan I dan triwulan II 2016 kepada feedloater atau perusahaan penggemukan. Kuota impor yang telah diketok selama semester-I 2016 sebanyak 448.000 ekor sapi bakalan.


Faktanya, harga daging di pasar tradisional masih belum sesuai harapan pemerintah, meskipun ada sejumlah operasi pasar.


Uniknya, di saat kita ribut soal ketergantungan terhadap sapi dan daging sapi impor, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara pengekspor babi. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia pada Bulan Januari 2016 telah mengekspor babi dengan nilai US$ 5 juta (naik 12,84% dibandingkan Desember 2015).


Hal ini dibenarkan oleh Dirjen Peternakan, Kementerian Pertanian (Kementan), Muladno.


"Betul (Indonesia negara pengekspor) dan sudah lama," kata Muladno kepada detikFinance, Minggu (12/6/2016).

 

Indonesia Punya Pulau Khusus Peternakan Babi
 

Lanjut Muladno, Indonesia memiliki basis produksi babi yang salah satunya berlokasi di Pulau Bulan. Lokasinya berdekatan dengan Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau.


Pulau yang dikenal dengan nama Pulau Babi ini, berdasarkan penelusuran detikFinance, telah menjadi basis pengembangan babi sejak 1986. Negara tujuan ekspor ialah Singapura. Di sini ada sebuah perusahaan yang beroperasi mengelola peternakan babi secara korporasi.


"Ada, namanya Pulau Bulan. Isinya babi saja dalam satu pulau itu," ujar Muladno.


Belajar dari bisnis peternakan babi seperti di Pulau Babi yang terkelola dengan baik, Kementan optimis bisa menerapkan hal sejenis pada peternakan sapi lokal. Muladno mengaku ke depan Indonesia bisa menjadi pengekspor atau paling tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhan daging sapi.


"Harus bisa dan InsyaAllah pasti bisa. Kita planning sebaik-baiknya," jelasnya.

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...