REDAKSIRIAU.CO.ID Pekanbaru - Konflik lahan di Provinsi Riau masih terjadi. Kali ini konflik lahan terjadi antara masyarakat dan perusahaan sawit di Kampar hingga warga nekat menginap di kebun.
Konflik lahan terjadi di Desa Rantau Kasih, Kampar Kiri Hilir, Kampar. Warga memilih bertahan di kebun karena khawatir terkait nasib kebun sawit mereka dan dikabarkan masuk kawasan HTI PT Nusa Wana Raya (NWR).
Dalam video beredar di media sosial yang diterima detikcom, terlihat warga menjerit histeris karena takut lahannya diambil alih. Bahkan, mereka sampai menyebut-nyebut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk minta bantua
"Pak Jokowi, tolong kami. Kebun kami mau digusur, mau makan apa kami. Tolong lah pak," ucap seorang ibu-ibu bersama warga seperti dilihat detikcom, Senin (23/8/2021)
Merasa khawatir, warga mendirikan tenda seadanya. Di bawah tenda itu puluhan ibu-ibu tinggal dan bertahan selama 4 hari agar lahannya tidak diganggu gugat pihak lain.
Kepala Dusun Sungai Belanti Desa Rantau Kasih, Al Qadri Syam mengatakan aksi itu dilakukan karena khawatir. Sebab di lokasi ada alat berat perusahaan yang membuka lahan sejak 1 bulan terakhir dan mendekati kebun warga.
"Warga ingin memastikan kalau alat berat perusahaan tidak melanjutkan pekerjaan membuka lahan. Jadi yang nginap banyak ibu-ibu, bapak-bapak lebih mengutamakan mediasi dengan para pihak," kata Al Qadri.
Menurut Al Qadri, warga tinggal di wilayah perkampungan diketahui merupakan hasil relokasi dari bantaran Sungai Kampar Kiri. Di mana relokasi sejak tahun 2000 silam.
Foto: Puluhan emak-emak di Kampar, Riau nekat nginap di kebun sawit lantaran takut lahannya diambil (Tangkapan layar video viral) |
Pemerintah memindahkan sekitar 180-an kepala keluarga (KK) menjauhi pinggiran sungai lantaran rawan banjir. Penduduk kampung itu sebelumnya adalah nelayan yang kemudian belajar bertani.
"Setelah relokasi masyarakat coba untuk bercocok tanam, tanam sayuran, karet dan sejenisnya tapi malah dimakan gajah liar. Ada konflik dengan gajah liar yang bikin masyarakat beralih nanam sawit," katanya.
Setelah konflik dengan gajah berakhir, kini masyarakat dihadapkan dengan masalah baru. Masalah itulah yang memaksa para pemilik kebun mencoba mempertahankan.
"Urusan sama gajah selesai, sekarang kita berurusan dengan perusahaan. Makanya masyarakat mulai turun ke lokasi itu sejak 16 Aguatus, beberapa hari di sana. Tentu kami, masyarakat berharap ini ada solusi dari Pemda," katanya.
Terpisah, Manajer Humas PT NWR Abdul Hadi mengatakan permasalahan di lokasi sudah selesai. Tidak ada aktivitas lagi di lokasi yang dikenal sudah ada sejak dari jaman Kerajaan Gunung Sahilan tersebut.
"Permasalahan di lapangan sudah selesai," kata Hadi menjawab situasi terkini di Desa Rantau Kasih.
Detikriau