REDAKSIRIAU.CO.ID Tanaman Serai wangi ternyata bernilai ekonomi tinggi. Tanaman ini bisa dijadikan minyak atsiri. Minyak ini sangat digemari oleh konsumen. Beberapa negara seperti, Singapura, Taiwan, Australia, Meksiko, Jepang, Inggris, India, Perancis dan Amerika Serikat sudah mengimpor minyak atsiri ini dari Indonesia.
Saat ini, Indonesia merupakan salahsatu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia. Sebanyak 40 jenis minyak atsiri sudah dikenal, 20 di antaranya adalah minyak potensial yang telah berkembang di pasar dan bernilai ekonomi tinggi.
Wakil Bupati Kuansing, H Halim saat berbincang dengan RiauGreen.com belum lama ini menuturkan, dengan adanya pangsa pasar yang terbuka lebar saat ini, sudah sejatinya masyarakat Kuansing melirik tanaman ini. "Selain menanamnya cukup muda, perawatannya juga gampang. Sekali tanam untungnya berkali-kali," papar Halim.
Untuk memastikan tanaman ini memiliki potensi yang cukup besar, Wabup Halim telah mulai menanam Serai Wangi ini. Tak tanggung tanggung, diatas lahan seluas 2 hektar, tanaman Serai miliknya sudah tuntas ditanam. "Saya sudah mulai. Saya beri contoh dulu, supaya masyarakat bisa meniru," paparnya lagi.
Meskipun sudah memulai, Halim menyebutkan ada beberapa daerah di Indonesia ini telah berhasil meningkatkan ekonomi masyarakat dari tanaman Serai ini. Daerah tersebut seperti, Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung.
Berbicara harga kata Halim, minyak Serai semakin hari semakin melonjak. Saat ini harga minyak atsiri sudah mencapai Rp200 ribu perkilo. Dijelaskannya, untuk satu kilo minyak dibutuhkan 200 kilogram Serai. Sedangkan satu hektar tanaman Serai bisa menghasilkan 20 ton Serai.
Artinya, satu hektar tanaman Serai jika disuling menjadi minyak akan menghasilkan 100 kilogram minyak. Jika dikalikan dengan harga satu kilogram minyak, maka satu hektar tanaman Serai bisa menghasilkan Rp20 juta perhektar.
Cara membudidayakan Serai wangi pun mudah dan murah. Biaya penanaman maupun biaya perawatan terjangkau. Sekali menanam bibit sereh wangi, panen perdana dapat dilakukan pada umur 6 bulan hingga 10 bulan. Panen selanjutnya rata-rata per-tahun empat kali atau per-tiga bulan sekali. Singkatnya masa panen menjadi keuntungan tambahan dari menanam tanaman ini.
Untungnya lagi dalam kurun waktu 5 tahun tidak perlu menanaman bibit baru. Bahkan bila dirawat dengan baik, Serai wangi produktif hingga 10 tahun kedepan. Serai wangi bukanlah tanaman yang 'manja', tanaman ini dapat ditanam dengan berbagai kondisi tanah dan iklim. Baik di lahan-lahan tidur atau kurang produktif maupun lahan bekas tambang.
Tanaman Serai ini juga bermanfaat untuk mencegah erosi, merehabilitasi lahan kritis serta menambah nilai ekonomis lahan. Sereh wangi dapat ditanam dengan sistem monokultur maupun tumpang sari. Beberapa daerah mulai mengembangkan tumpang sari Sawit dengan Serai wangi. Mengisi kekosongan produksi sawit, banyak petani memanfaatkan sela lahan dengan menanam Serai wangi.