REDAKSIRIAU.CO.ID Kematian FNM (12), siswa kelas VI SDN Cikandang 1 Cikajang, Garut, Jawa Barat, korban duel maut dengan rekannya, masih menyisakan pilu bagi keluarga hingga kini.
Berikut kronologi kejadian berdasarkan informasi orangtua korban, mulai dari kabar perkelahian anaknya hingga meninggal dunia.
"Saya perkirakan meninggal di perjalanan saat dibawa ke klinik Zafira untuk yang kedua kali memastikan kondisi korban," ujar Feri (36), ayah korban, kemarin.
Pukul 12.30 WIB: Penusukan
Menurutnya, kejadian yang menimpa anaknya diperkirakan sekitar pukul 12.30 siang, setelah keduanya bubaran jam pelajaran sekolah. "Infonya karena pelaku kehilangan buku, tetapi malah menuduh anak saya," ujar Feri.
Perkelahian pun tak bisa dicegah, disaksikan teman sekelasnya, korban dan pelaku beradu fisik melakukan pertengkaran. "Tapi tidak lama keduanya damai dan disaksikan teman-temannya," kata dia.Namun persoalan ternyata masih berlanjut, pelaku yang tidak terima dengan perlakuan korban, akhirnya meminjam gunting ke rumah rekannya, yang sebelumnya digunakan kegiatan kerajinan di sekolah.
"Korban ditikam dari belakang," kata dia.
Akibat kerasnya tusukan benda tajam yang dilakukan pelaku, korban mengalami luka cukup serius. Dua luka besar yakni kepala kepala bagian belakang sebelah kanan dekat telinga, serta punggung kiri, banyak mengeluarkan darah segar.
Kemudian mata kiri memar dan lebam, serta bagian belakang teling terlihat lecet. Tak mengherankan, korban pun akhirnya tumbang dengan kondisi tubuh kritis mengkhawatirkan.
"Saat dibawa ke rumah, korban muntah-muntah tiga kali, dan sudah tidak sadarkan diri," kata dia.
Pukul 13.00 WIB Dirujuk ke Bidan
Awalnya korban sempat mendapatkan pertolongan pihak bidan setempat untuk diberi asupan cairan infusan karena kondisi tubuhnya lemah. Namun, hal itu tidak menunjukan peningkatan.
"Pihak bidan menyarankan agar dibawa ke puskesmas atau klinik terdekat, agar segera mendapatkan pertolongan intensif," kata dia.
Pukul 14.10 WIB ke Klinik Zafira
Untuk menghindari pendarahan hebat serta kondisi tubuh yang masih kritis, sekitar pukul 14.10, ia bersama istri menggunakan sepeda motor, membonceng korban ke klinik Zafira di Ciharus, kecamatan Cikajang.
"Pertama kali ke klinik katanya harus dirotgen karena luka dalam," ujar Tuti Fatmawati, 32 tahun, sang istri menambahkan.
1 of 3
Satu Jam Tanpa Pertolongan RSUD Garut
Keluarga FNM, Korban duel maut di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Pukul 16.30 WIB Dirujuk ke RSUD Daerah Garut
Kondisi tubuh korban yang masih lemah, serta minimnya fasilitas kesehatan klinik, akhirnya sekitar pukul 16.30 WIB, korban dirujuk ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Garut.
"Saya dan korban sampai di rumah sakit (RSUD Garut) sekitar pukul 20.00 malam karena macet," kata dia.
Awalnya Tuti merasa gundah, sebab beberapa kali selang infusan yang disuntikan tidak mendapatkan respon tubuh korban, akibat lemahnya kondisi.
"Itu pun satu jam korban dibiarkan tidak mendapat perawatan di IGD Slamet (RSUD Garut dr. Slamet)" kata dia.
Namun hal itu berangsur membaik, setelah kondisi tubuh korban beranjak membaik paska siuman sekitar pukul 21.00 WIB secara alami. Satu botol infusan mulai masuk, dan detak jantung pun naik. "Nanti hasil observasi tunggu enam jam kata dokter jaga," ujar dia menirukan perkataam dokter.
Pukul 03.00 WIB Ahad Dini Hari Terlihat Membaik
Mulai masuknya cairan infusan, membuat kondisi tubuh korban terus membaik. Korban akhirnya meminta dirinya untuk pulang meninggalkan rumah sakit.
"Dia terus memeluk tubuh saya dan tidak mau berpisah," ungkap Tuti mengenang.
Setelah berkonsultasi, akhirnya dia bersama istri berkonsultasi meminta izin pulang ke pihak rumah sakit, dan meminta mengurus penyembuhan korban di rumahn.
"Saya yakin (membaik), sebab mukanya terlihat segar dari awalnya pucat, badan pun terlihat bergerak lancar," kata Feri.
2 of 3
Meninggal di Perjalanan ke Klinik
Makam FNM, Korban duel maut di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Pukul 00.00 Minggu pagi Meninggalkan RSUD dr Slamet Garut
Yakin dengan pilihannya, akhirnya Feri dan istri membawa pulang korban sekitar pukul 06.00 WIB, dan sampai rumah sekitar pukul 07.00 Minggu pagi.
"Korban langsung beristirahat tidur, tanpa banyak komunikasi," kata dia.
Pukul 08.30 WIB Kesehatan Korban Turun
Namun sekitar satu setengah jam kemudian, saat korban terbangun, kondisi kesehatannya memburuk, tubuhnya menggigil, demam, kedua tangannya gemetar, detak jantung berlangsung lebih cepat dan ngorok.
"Tubuhnya sangat lemah," ujarnya.
Kondisi itu berlangsung hingga pukul 09.00 WIB, hingga akhirnya korban tertidur dan beristirahat. Namun ternyata, kondisi kritis kesehatan korban belum mereda, hingga akhirnya kondisi serupa kembali terjadi.
"Kurang lebih sekitar jam 10.00 WIB, anak saya kembali menggigil seperti yang pertama jam 08.30 WIB tadi," ungkap Tuti dengan pilu.
Pukul 10.30 WIB Makin Parah
Akhirnya sekitar setengah jam kemudian, kondisi kesehatan semakin lemah, mulut dan kedua lubang hidungnya keluar cairan seperi busa.
Kondisi badan korban mulai pucat biru, kedua kaki tangan dan denyut nadi ikut melemah. "Dari sana saya punya firasat (meninggal), saya ikhlaskan saja," ujar Tuti sambil terisak menangis.
Pukul 11.00 WIB Kembali Dibawa ke Klinik Zafira
Di tengah kegundahan yang tengah mendera, harapan Feri dan Tuti sebagai orang tua tetap ada. Akhirnya keduanya kembali membawa korban ke klinik Zafira untuk memastikan kondisi korban.
"Saat di perjalanan anak saya sempat memegang erat tangan saya, sebelum akhirnya mereda," kata dia.
Tepat sekitar pukul 11.30 WIB akhirnya, perawat dan dokter jaga klinik Zafira memastikan jika korban sudah meninggal dunia. "Mungkin (meninggal dunia) saat diperjalanan paska memegang tangan itu," kata dia.
Pukul 16.00 WIB Dimakamkan
Keterangan pihak klinik membuat pukulan telak bagi Feri dan Tuti. Namun, takdir mesti dijalani. Keduanya akhirnya ikhlas menerima kepergiaan putra sulung tercintanya. "Orang tua saya, dan keluarga awalnya tidak terima dan langsung marah," kata dia.
Namun melihat ketegaran yang ia tunjukan bersama sang istri, akhirnya pihak keluarga menerima musibah itu dengan ikhlas tanpa ada tuntutan hukum.
"Anak saya dimakamkan di pemakaman umum kampung Batukai, Desa Margamulya, dekat eyangnya," kata Feri.