Desa di Inhil Ini Uang Koin Tidak Laku
![Desa di Inhil Ini Uang Koin Tidak Laku Desa di Inhil Ini Uang Koin Tidak Laku](https://redaksiriau.co.id/assets/berita/original/20838973065-uang-koin-indonesia.jpg?w=650&q=90)
INHIL - Di tengah Bank Indonesia mensosialisasikan tentang kedaulatan NKRI, dengan menguatkan nilai rupiah, di desa ini uang rupiah koin malah ditolak. Pedagang tidak menerima uang koin dalam bentuk apapun untuk transaksi.
Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir. Di Desa ini uang rupiah koin sangat tidak berarti. Masyarakat malah tidak menganggap uang koin sebagai sesuatu yang berharga.
Desa Simpang Gauh merupakan salah satu wilayah dengan jarak tempuh cukup jauh dari pusat ibu kota kabupaten. Jarak tempuh dari ibu kota hampir dua jam naik speedboat. Jarak tersebut menjadi salah satu penyebab, daerah ini sangat minim mendapatkan sentuhan sosialisasi tentang penggunaan mata uang.
Jhoni Saputra, seorang Warga Dusun Pisang, Desa Simpang Gaung mengatakan, melakukan transaksi di pasar atau di warung, tidak pernah dilakukan dengan uang koin, melainkan dengan uang kertas. Pemilik warung bahkan lebih senang melakukan transaksi dengan sistem barter, ketimbang harus menerima uang koin.
"Disini, tak ada yang mau terima kalau melakukan transaksi dengan uang koin," katanya, kepada bertuahpos.com, Kamis (29/12/2016).
Hal senada juga diakui oleh Unus, masyarakat setempat di desa itu. Karena pasar dan pedagang tidak menerima uang koin dalam transaksi, masyarakat lebih memilih membuang uang koin. Jangan heran jika melihat uang koin hanya tergeletak di jalan, atau bertumpuk di sudut-sudut rumah.
Pada prinsipnya, masyarakat di desa ini menyesalkan sikap pedagang yang tidak menerima uang koin dalam melakukan transaksi. Mereka tahu bahwa meski dalam bentuk koin, tetap saja uang itu punya nilai rupiah. Sebab masih ada beberapa komuditi yang dijual di pasar, seharga dengan nilai pada mata uang koin tersebut.
Dia berharapa, sosialisasi pihak perbankan mengenai kedaulatan rupiah juga terlaksana hingga ke daerah pedesaan. Sebab sejak 10 tahun tekhir, memang tidak pernah dilakukan aktifitas sosialisasi, baik dari perbankan umum ataupun dari pihak Bank Indonesia sendiri yang sampai ke desa ini.
"Kami hanya khawatir, kedepannya hal ini sudah menjadi persepsi yang melekat di anak cucu, bahwa uang rupiah koin itu tidak laku. Langkah pendidikan terhadap hal ini harus cepat dilakukan, jika tidak, maka hal tersebut bisa saja terjadi," kata Unus.