Awal Tahun 2017, Harga Cabe Rawit Masih Pedas
REDAKSIRIAU.CO, AGAM - Harga cabae rawit di awal tahun 2017 masih pedas. Selasa (3/1/2017) di Pasar Baso, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat, perkilonya Rp 50 ribu.
Masih tingginya harga cabae rawit, diprediksi karena naiknya tingkat kebutuhan masyarakat dan minimnya stok ditingkat petani. Mengingat, kondisi cuaca tidak menentu, dan cuaca panas berkepanjangan beberapa waktu lalu di tahun 2016, membuat petani gagal panen.
Kemudian juga menjamurnya usaha jualan goreng dipinggir jalan diberbagai tempat yang membutuhkan cabai rawit untuk pelezat tahu isi. Tingginya volume masyarakat keluar rumah untuk berlibur, membuat pengusaha gorengan menambah produksi.
"Kita butuh cabai rawit untuk tahu isi. Karena biasanya di waktu libur banyak pembeli goreng termasuk tahu isi dan bakwan, jadi kita otomatis menambah pembelian cabai rawit. Kini harganya malah mahal, saya beli perkilonya Rp 50 ribu," jelas Buk De, salah seorang penjual Goreng terlaris di pinggir Jalan Raya Bukittinggi-Payakumbuh tepatnya di Pasar Baso.
Sementara itu Ris, petani cabae rawit terlihat sumringah. Karena kabun cabai rawitnya saat ini sedang musim panen. Meski tidak banyak, tetapi ibu dua anak itu mengaku senang masih bisa menjual hasil tanamnya sendiri dengan harga tinggi.
"Tentu senang, ya, belum banyak. Sekarang ini baru mencoba panen, tapi alhamdullah harganya masih mahal. Mudah-mudahan saya menjual diharga tetap mahal," harapnya senang bisa menjual hasil panennya dengan harga mahal.
Disampaikannya, harga Rp 50 ribu perkilogram sudah cukup untuk menutupi biaya produksi petani. Bila dibanding dengan mahalnya harga pupuk, harga itu juga sudah membuat petani untung.
"Sekarang ini disamping harga pupuk mahal, hama cabai rawit juga sangat komplit, jadi saya rasa sebandinglah dengan harga sekarang. Dimana sebelumnya kami petani hanya menjual dengan harga murah, hanya pas-pasan untuk menutupi ongkos produksi tanam saja," sebutnya bercerita.