REDAKSIRIAU.CO, TANAHDATAR - Sinar Matahari mulai menghangatkan udara dingin dilereng Gunung Merapi. Satu persatu petani di Jorong Data, Nagari Paninjauan, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanahdatar, Propinsi Sumatera Barat, asyik mengutil buah cabai dikebunnya.

Tidak seperti biasa, kali ini, raut wajah petani cabai merah terlihat cemas dan khawatir. Bukan tanpa alasan, kekhawatiran petani disebabkan buah cabai mulai busuk di batang sebelum masak.

Tetapi, ditengah kekhawatiran itu, masih terlihat sedikit senyum menghiasi raut muka para petani cabai.

"Disatu sisi kami khawatir dengan penyakit ini, tapi disisi lain kami bersyukur harga cabai masih mahal," sebut Nel, ibu tiga anak itu saat memilih satu persatu buah cabai muda yang busuk sebelum masak.

Meski belum terlalu banyak, tetapi jika buah yang busuk muda itu tidak dibuang bisa menular pada buah lainnya. Tidak itu saja, tetapi juga berdampak kepada daun cabai yang gugur satu persatu.

Ini memang bukan penyakit baru. Hampir setiap kali musim penghujan tiba buah cabai muda bisa busuk sebelum masak.

"Ini penyakit musim hujan. Jadi ini bukan hal baru, tetapi memang tidak ada obatnya, kecuali diambil dan dibuang," cerita Angku, petani cabai merah yang sempat menjual hasil panen cabainya dengan harga Rp 81 ribu perkilogram.

Saat ini cerita Angku, kondisi cuaca ekstrim. Kadang panas terik di siang hari, tiba-tiba hujan lebat. Hal itu memungkinkan berdampak terhadap buah cabai yang masih muda.

"Pada periode tanam sekarang ini banyak benar penyakit cabai. Seperti beberapa waktu lalu ketika musim tanam, cuaca panas. Banyak petani gagal panen disebabkan pohon cabainya kerdil dan tidak berbuah," sebut Angku, yang sejak muda sudah menekuni bercocok tanam cabai merah.

Angku menyebut, rata-rata masyarakat dinagarinya bertanam cabai, hanya saja kadang gagal dan sesekali berhasil. Diceritakannya, saat harga cabai mahal seperti saat inilah petani merasa ada untung.

"Kita tidak tahu ya, kapan harga mahal atau murah. Tetapi saya khususnya tidak pernah berhenti bercocok tanam cabai, kadang memang saya harus rugi karena harganya murah, tetapi kadang untung seperti sekarang ini, ya lumayan untuk modal kembali," akunya senang.

Risma, petani muda ini mengakui jika periode tanam ini rugi. "Kalau saya rugi, tanaman cabai saya kerdil semua. Ya, memang saat ditanam kondisi cuaca panas. Belum ada rezki kita, mudah-mudahan di musim tanam berikutnya," sebut ibu dua anak itu sambil menghela napas.

Memang banyak problem yang membuat harga cabai merah mahal dipasaran. Bahkan sempat membuat ibu rumahtangga panik karena tidak menduga harga cabai bisa menembus angka Rp 100 ribu perkiligram.

Meski sudah mulai turun diangka Rp 70 ribu di tingkat petani, namun akibat banyaknya penyakit cabai merah dikhawatirkan harga cabai merah dipasaran belum bisa ditebak kapan akan stabil kembali.