Ketua PHRI Yogyakarta, Istijab mengakui kondisi over suplai ini. Karena itu, pembangunan hotel baru di Yogyakarta memang layak untuk dihentikan agar iklim bisnis perhotelan di wilayah ini tetap terjaga. "Biar berkembang, di Sleman dan Kota Yogyakarta memang dihentikan," tandasnya, Jumat (4/11/2016).
Pasalnya, hotel baru di wilayah ini terus bertambah. Meski di satu sisi menjadi kabar menggembirakan, karena bisa membuka lowongan kerja baru. Namun bagi industri perhotelan menjadi bumerang. Karena tingkat hunian hotel yang sebelumnya mengalami kontraksi. Belum lagi adanya hotel yang 'memaksakan' diri dengan membuat fasilitas tidak sesuai kualifikasi bintangnya.
Dibangunnya bandar udara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo menjadi sebuah harapan baru. Kalangan perhotelan berharap adanya bandara baru ini, jumlah wisatawan yang datang bisa bertambah banyak. Apalagi kapasitas bandara baru di Kulon Progo didesain jauh lebih besar dibanding bandara yang ada saat ini, Bandara Adisutjipto.
Berdasarkan informasi yang ia dapat dari PT Angkasa Pura I, kapasitas bandara baru nanti di tahun pertama bisa mencapai 15 juta penumpang. Dan saat ini, jumlah penumpang bandara yang masuk ke Adisutjipto sekitar 6,4 juta orang dalam setahunnya. Harapannya dengan bandara baru maka jumlah wisatawan bisa meningkat dua kali lipat dibanding saat ini. "Kami memang sangat berharap bandara baru tersebut segera terealisasi," ujarnya.
Karena bandara baru itu, maka saat ini PHRI bersama pemerintah mencoba mengarahkan investor yang ingin mendirikan hotel ke Kulon Progo. Harapannya dengan pembangunan di Kulon Progo maka iklim bisnisnya bisa terjaga untuk beberapa tahun mendatang. Ia berharap pemerintah juga memberikan berbagai kemudahan di wilayah.
Istijab mengungkapkan, ketika low season, tingkat hunian di Yogyakarta terutama di luar ring I (dekat Malioboro) memang rendah. Untuk hotel berbintang, hanya 40-50% rata-rata huniannya. Sementara hotel non bintang di bawah angka tersebut bahkan bisa mencapai 30%. Sembari menunggu realisasi bandara baru, harus ada inovasi agar tetap bertahan. "Harus lebih kreatif lagi," tandasnya.
Public Relation Platinum Adisutjipto Hotel, Dea Dema mengungkapkan, Platinum Adisucipto Hotel mulai beroperasi tanggal 28 September 2016 lalu. Lokasinya yang sangat strategis karena berada tepat di depan pintu masuk bandara Adisutjipto, membawa dampak tingkat hunian di hotel ini cukup tinggi. "Kami menawarkan 152 kamar dan tingkat huniannya mencapai 90%," tuturnya.