Ia menduga kelangkaan yang muncul saat ini disebabkan adanya oknum pengusaha yang menggunakan gas melon untuk bahan bakar industri mereka. Penggunaan pun dilakukan dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga menimbulkan kelangkaan yang mengakibatkan rakyat miskin susah mendapatkan gas ukuran tiga kilogram. “Jatah elpiji bersubsidi seringkali disalahgunakan oleh orang lain yang seharusnya menggunakan elpiji non subsidi,” tandas Timotius, Kamis (8/9/2016).
Agar kasus seperti itu tidak terus terjadi, pihaknya meminta masyarakat ikut mengawasi pendistribusian gas elpiji ukuran tiga kilogram. Saat masyarakat mau ikut mengawasi maka penyalahgunaan bisa diminimalisasi sedemikian rupa. Jika ada indikasi penyalahgunaan yang dilakukan oknum tertentu, masyarakat bisa langsung melaporkannya baik kepada pemerintah atau polisi.Setiap laporan yang masuk bakal direspons dengan baik dan diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Timotius juga meminta kepada pangkalan untuk tidak menjual elpiji tiga kilogram kepada orang yang tidak berhak. Hanya orang miskin yang seharusnya menggunakan gas tersebut. Sedangkan untuk orang kaya atau industri berskala besar harus menggunakan gas non subsidi. "Mari kita awasi bersama demi kepentingan bersama, jangan sampai ke depan ada kelangkaan lagi seperti beberapa waktu yang lalu," ucapnya.
Sebenarnya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, pihaknya bersama Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) telah berupaya menata alur distrubusi gas dengan baik agar pembagiannya lebih merata.
Diantaranya menambah pangkalan gas elpiji yang ada di Karanganyar. Saat ini setiap desa paling tidak ada satu pangkalan di beberapa tempat. Jumlah pangkalan juga bisa lebih dari tiga. Tetapi kenyataanya masih saja ada oknum yang memanfaatkan gas subsidi untuk kepentingan lain.Sales Eksekutive Pertamina Regional Surakarta Uki Atmanegara, menyebutkan pasokan elpiji di Kabupaten Karanganyar tidak bisa ditambah lagi. Menurutnya setiap hari Karanganyar mendapatkan jatah elipiji tiga kilogram sekitar 29.000 tabung. Jumlah itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di Karanganyar. Penambahan pasokan bukan solusi yang efektif, akan tetapi kontrol distribusi yang penting untuk dilakukan saat ini.