Dua Kelompok Warga Nyaris Bentrok di Pantai Wisata Ora
REDAKSIRIAU.CO, AMBON,- Dua kelompok warga desa Saleman, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, nyaris terlibat bentrokan di pantai wisata Ora di desa tersebut, Sabtu (27/8/2016).
Kedua kelompok warga desa ini nyaris saja terlibat bentrokan terkait sengketa lahan di kawasan wisata Ora.
Sumber informasi Kompas.com menyebutkan, ketegangan terjadi antara kedua kelompok warga ini setelah aparat Polsek Seram Utara dan dan aparat TNI yang di kawasan itu mencoba memediasi persoalan yang terjadi antara kedua kubu.
Tiba-tiba kedua kelompok warga ini terlibat keributan.
“Pihak yang bersengketa ini yakni dari kelompok Kepala Desa, Ali Arsyad Makatitta dan Raja Adat, Jamaun Makuituin serta keluarga Alwahid warga pemilik lahan,”kata sumber tersebut, Sabtu (27/8/2016).
Sumber tersebut menyebutkan kedatangan Kepala Desa, Ali Arsyad berserta staf desa ke kawasan itu untuk mengukur tanah yang disengketakan.
Lahan itu oleh Kepala Desa rencananya akan dilepas untuk membangun penginapan di kawasan tersebut, namun warga dan raja adat Jamaun Makuituin beserta saniri negeri pemangku adat menolak rencana itu karena tanah tersebut milik masyarakat setempat.
“Tadi sangat tegang sekali, kedua kelompok saling ancam-mengancam dengan nada kasar,”sebutnya.
Salah seorang tokoh pemuda desa setempat, Boy Maswatu yang dihubungi Kompas.com dari Ambon membenarkan adanya insiden itu.
Boy mengatakan, lokasi lahan yang dipersoalkan itu berjarak 300 meter dari kawasan wisata Pantai Ora.
“Jadi awalnya Kepala Desa, Ali Arsyad beserta stafnya itu telah datang duluan untuk mengukur tanah itu," jelasnya.
"Setelah itu raja adat bersama stafnya dan warga dengan empat speedboad menyusul untuk ikut mengukur lahan itu namun mereka (Ali dan teman-teman) langsung memili kembali dan terjadilah ketegangan itu,”jelasnya.
Setelah kejadian itu, kelompok kepala desa lalu mengamuk dengan alat tajam di Desa Saleman sambil mengancam warga lainnya, ”Beruntung tidak ada respon dari kelompok Raja adat dan dia langsung diamankan,”ujarnya.
Desa Saleman sendiri memiliki dua Kepala Desa, yakni Kepala Desa yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dibawa kepemimpinan, Ali Arsyad, dan raja adat dibawa kepempimpinan Jamaun Makuituin.
Kepala Polres Kabupaten Maluku Tengah, AKBP Harley Silalahi yang dikonfirmasi terkait masalah tersebut mengaku persoalan itu memang dilatarbelakangi oleh sengekta lahan, namun dia mengatakan ketegangan itu tidak menyebabkan bentrok.
“Itu masalahnya ada raja adat dan juga kepala desa di, jadi itu ada yang menginginkan lahan tersebut dibangun penginapan dan ada yang menolak,”sebutnya.