REDAKSIRIAU.CO, Kontingen Indonesia baru saja mengembalikan tradisi emas di Olimpiade 2016, Rio de Janeiro. Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi tokoh utama dalam keberhasilan Indonesia meraih kembali emas di ajang Olimpiade. Usai keberhasilan Owi/Butet, sejumlah pihak berharap tradisi emas Indonesia bisa berlanjut di Olimpiade 2020, Jepang. Bahkan, mereka juga menginginkan lebih banyak lagi atlet Indonesia yang tampil di Olimpiade 2020 nanti. Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Ahmad Sucipto menyatakan hal tersebut bisa saja terealisasi jika ada dukungan dana yang mumpuni. Cipto, panggilan akrab Ahmad Sucipto, menyatakan bahwa setidaknya Indonesia butuh anggaran Rp1 triliun demi meningkatkan kualitas atlet Indonesia. Asumsi tersebut muncul setelah dia meninjau anggaran dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Majalah Brasil Lakukan Pelecehan kepada Atlet Paralimpiade "Thailand hampir Rp2 triliun, Malaysia Rp1,7 triliun, dan Singapura Rp1,8 triliun. Itu khusus untuk olahraga individu. Sekarang, kita punya 38 cabang olahraga," ujar Cipto, dalam acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu 27 Agustus 2016. Terkait anggaran di Olimpiade 2016, Cipto pun berani buka-bukaan. Kontingen Indonesia ternyata cuma mengantongi Rp500 miliar demi menghadapi Olimpiade 2016. "Anggaran yang diberikan di 2016, Rp500 miliar. Dipotong Rp70 miliar untuk paralimpiade. Dipotong lagi sekitar Rp136 miliar. Jadi, sisanya sekitar Rp380 miliar," kata Cipto. Dengan anggaran tersebut, Indonesia akhirnya finis di peringkat 46 klasemen medali. Pasukan Merah Putih berhasil mengoleksi satu medali emas dan dua perak.