REDAKSIRIAU.CO, PEKANBARU- Mengukir sebuah prestasi memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Dengan niat dan usaha adalah point penting dan utama untuk memulai semuanya. Bahkan dari nol sekalipun. Perjalanan itulah yang ditempuh oleh Wardatuljannah, wanita kelahiran 23 Juni 1996 ini memulai prestasinya dengan perjalanan panjang hingga dinobatkan menjadi runner-up Dara Pelalawan 2016. Berawal dari finalis Missteen Indonesia Riau tahun 2016. Kemudian berlanjut menjadi Top Five Bujang Dara Pelalawan sekaligus 3rd Runner Up. "Missten itu tanggal 28 Februari 2016 dan Bujang Dara tanggal 9 Mei 2016 lalu," katanya kepada kru Bertuahpos.com. Wanita cantik ini masih berstatus Mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau. "Awalnya ikut missteen hanya ingin coba saja, karena pada awalnya target wardah itu adalah bujangdara, jadi juga tidak terlalu berharap akan lulus sebagai finalis untuk yang missteen karena missteen seleksinya kan se Riau, sebelumnya tidak ada pengalaman apapun di beauty pageant. Jadi bayangan wardah pasti wardah gak lulus. Ternyata sehabis seleksi Bahan, dilanjutkan Seleksi interview dan ahirnya keluarlah pengumuman bahwa ternyata nama wardah yg keluar pertama sebagai finalis missteen waktu itu," ujarnya. Beginilah cuap-cuap gadis cantik ini saat diwawancari oleh kru Bertuahpos.com. Karena tidak ada pengalaman sama sekali tentang ajang seperti ini. Termasuk lingkungan sekitar Wardah. Saat akan ikut dalam kompetisi ini, dia kebingungan harus tampil seperti apa. Terutama pada saat interview pertama. Waktu itu wardah hanya mengenakan pakaian alakadar. "Sementara yang lain udah perfect banget. Terus hanya saya satu-satunya finalis yang berhijab waktu itu," tambahnya. Dari sinilah Wardah pesimis tidak bakal lulus, para peserta lain sudah siap dengan penampilan mereka yang necis. Wardah seketika itu hanya menggunakan celana berbahan dasar. Spontan kondisi itu membuat dia down. " Yang lain kayak model semua," sambungnya. Setelah lulus interview pertama, masuk masa karantina. Disana seluruh peserta diajarkan dance dan catwalk dengan heels minimal 15 cm. Wardah adalah, satu-satunya peserta yang tidak bisa jalan pakai heels. Saat pertama mencoba dia terpeleset dan jatuh. Untung saja salah satu panitia bersedia mengajarkan dia untuk catwalk dan ngedance pakai heels. Pada saat dance dia adalah peserta paling tidak berbakat. "Karena saya akui ngedance pakai heels itu tidak gampang. Rasanya ingin berhenti. Setiap malam saya menangis, karena saya merasa frustasi. Cuma saya disana yang paling tidak bisa apa-apa Karna peserta yang lain memang sudah punya basic model. Jadi mereka sudah tidak canggung lagi," tambahnya. Kurang lebih hampir seminggu menghabiskan waktu dimasa karantina. Disinilah awal dari segalanya. Pada saat itu wardah berasa jadi model. Ada sesi pemotreran, serta menggunakan kostum dari sponsor batik ternama di Riau, khususnya di Pekanbaru. "Lalu karena acara inilah, saya masuk hotel grand elite dan bisa belajar dance dan catwalk disana. Dan karena acara ini juga saya punya kesempatan untuk menghadiri pertemuan di Dinas kesehatan, walaupun saya orang farmasi, saya tidak pernah tau dimana Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Acara ini juga memberikan kesempatan kepada saya untuk mempromosikan kesehatan di acara rutin CFD yang di hari minggu. Dan karena inilah untuk pertama kalinya saya ditonton oleh kurang lebih 300 pasang mata masyarakat Riau pada malam grandfinal," tambahnya. Sayangnya pada saat itu, dia tidak terpilih sebagai top Five. Namun Wardah tetap bangga. Setelah turun dari panggung beberapa orang menghampirinya dan mengutarakan ucapan luar biasa kepadanya. Mereka kagum ternyata orang berjilbab juga bisa tampil cantik didepan umum. Ini menjadi bukti bahwa hijab tidak membatasi apapun. Sejak hari itu Wardah terus semangat untuk menjadi lebih dari sekedar tampil di atas panggung. Setelah dapat segudang bekal dari ajang tersebut. Beberapa bulan kemudian dia mengikuti ajang pemilihan bujang dara di Pelalawan. "Disi