REDAKSIRIAU.CO, JAKARTA, - Potensi keretakan tiga partai politik pengusung petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok lebih tinggi dibanding koalisi kekeluargaan. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Mohamad Taufik. "Tingkat kerawanan keretakan lebih tinggi di sana (tiga partai politik pengusung Ahok) ketimbang di kami (koalisi kekeluargaan)," kata Taufik, saat ditemui wartawan, di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (15/8/2016). Dia menyebut, di koalisi kekeluargaan, kursi calon gubernur sudah diputuskan akan diisi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai partai dengan kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta. Untuk kursi calon wakil gubernur, kata Taufik, telah disepakati Sandiaga Uno, calon dari Partai Gerindra. "Kalau tiga partai tingkat kerawanan yang pertama adalah, ada kemungkinan wagub (calon wakil gubernur) berubah. Kalau (calon) wakil gubernur berubah, tiga partai politik bisa ikut mendorong (usulkan cawagub)," kata Taufik. Kemungkinan kedua, lanjut dia, Ahok bisa saja tidak dapat maju Pilkada DKI Jakarta 2017. Jika ada salah satu partai politik yang menarik dukungannya. Adapun tiga partai politik pengusung Ahok adalah Partai Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Golkar. Jumlah dukungan untuk Ahok sebanyak 24 kursi di DPRD DKI Jakarta. Syarat parpol mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur adalah memiliki minimal 22 kursi di DPRD DKI Jakarta. "Kalau koalisi kekeluargaan, satu partai menarik dukungan, masih cukup. Jadi tingkat kerawanannya di situ," kata Taufik. Ada tujuh partai politik yang tergabung dalam koalisi kekeluargaan. Selain Gerindra, ada pula Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Jika dijumlahkan, maka total dukungan koalisi kekeluargaan sebanyak 82 kursi di DPRD DKI Jakarta.