REDAKSIRIAU.CO, PEKANBARU - Baru-baru ini Presiden Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama Jokowi mengambil kebijakan menginginkan harga daging Rp 80 ribu per kilogram bertujuan agar rakyat Indonesia tidak membeli daging dengan harga mahal.
Namun hingga saat ini Badan Urusan Logistik (Bulog) divre Riau dan Kepulauan Riau (Kepri) belum menerima tujuh ton daging beku. Hal itu dikarena ada kendala teknis Pengirman dari Jakarta.
Hal itu disampaikan Kepala Operasional Bulog Divre Riau dan Kepri, Tomy Despalingga. “Ada kendala, rencana memang Senin atau Selasa tapi sampai sekarang belum tiba,” sebutnya, Rabu (08/06/2016).
Disebut Tomy, kendala yang dihadapi karena packing belum selesai. “Kendala teknis tertunda katanya belum selesai packing seluruhnya. Tapi dalam waktu dekat ini,” sebutnya.
Untuk total jatah daging beku masih berkisar Rp 80 ribu per kilogram. Atau ada selisih Rp 40 ribu dari harga pasaran yang masih Rp 120 ribu per kilogram. “Harganya segitu tidak berubah. Karena HET (Harga Eceran Tertinggi) dari pemerintah segitu,” sebutnya.
Untuk Pengiriman nantinya bertahap. “Tidak langsung tujuh ton, pertama satu ton. Dan kita sudah koordinasi dengan Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Pekanbaru untuk mengkomodir penyimpanan daging beku,” sebutnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya kran impor daging sapi, untuk menekan harga daging dalam negeri. Suplai daging tersebut akan didistribusikan dalam bentuk daging beku. Riau dapat jatah sebanyak 7 ton daging beku untuk memenuhi kebutuhan daging selama Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 1437 hijriah.
"Kuota ini memang masih sedikit dibandingkan kebutuhan masyarakat Riau secara keseluruhan," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau, M Firdaus, belum lama ini.
Dia menambahkan penyaluran daging beku sebanyak 7 ton ke Riau itu, juga dilakukan bertahap. Untuk tahap awal, pada Kamis tanggal 09 Juni 2016 besok, kemungkinan besar akan dilakukan suplai daging beku sebanyak 2 ton dulu ke Riau.
Sementara untuk kabupaten/kota yang diprioritaskan untuk memperoleh daging beku tersebut, yakni Kabupaten Kampar dan Pelalawan. Kata Firdaus, suplai daging beku ini dilakukan untuk masyarakat kalangan tertentu yang betul-betul membutuhkan konsumsi tersebut. Sebab menurut dia, tidak semua masyarakat yang menjadikan komuditi ini sebagai kebutuhan utama rumah tangganya.