Aksi tari berlokasi di Lombok Epicentrum Mall (LEM) bertajuk Car Wash Dance atau tarian cuci mobil.
Sesuai namanya, wanita-wanita yang menjadi penari mengenakan pakaian tembus pandang dan tubuhnya dipenuhi busa sabun.
Acara pada Minggu, 29 Mei 2016 itu menuai kritikan pedas dari pejabat, elemen masyarakat, dan juga para netizen asal pulau 1000 masjid ini.
Perwakilan Komite Nasional Pemuda Nasional (KNPI) NTB mendesak manajemen LEM untuk meminta kepada masyarakat NTB terkait kegiatan tersebut.
"Jika tidak ditanggapi, maka kami akan berunjuk rasa dan mendesak agar Lombok Epicentrum Mall (LEM) sebagai Mall terbesar di NTB itu ditutup," katanya, Selasa, 31 Mei 2016.
Ketua DPRD Kota Mataram, Didi Sumardi, mengaku telah menerima permintaan maaf dari pihak manajemen LEM terkait gelaran acara tersebut.
"Pihak manajemen (GM dan Manajer) LEM berkomitmen dan menjamin ke depannya tidak ada lagi kegiatan seperti itu di LEM. Dan dalam waktu secepatnya akan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat melalui media massa," ujar Didi,
Sementara itu, ditemui di kantornya General Manager (GM) LEM, Salim Abdat mengaku kecolongan dengan aktivitas acara yang digelar. Menurut dia acara Car Wash Dance tersebut tidak masuk rencana, melainkan itu permintaan tersembunyi dari peserta ke penyelenggara acara.
"Kami merasa kecolongan dengan kegiatan tersebut. Karena acara car wash dance itu tidak ada dalam rundown kegiatan. Setelah ada laporan ke kami, kami langsung turun dan menghentikan acara tersebut," ujar Salim.
Salim menyatakan pihaknya menyampaikan permintaan maaf ke masyarakat luas terkait kegiatan yang menghebohkan hal layak banyak itu.
"Kami meminta maaf kepada masyarakat Lombok. "Ke depannya, kami pastikan tidak akan terjadi lagi, kami akan terus mengawasi setiap kegiatan di LEM ini," ujar Salim.