REDAKSIRIAU.CO.ID - Kasus gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) yang banyak menewaskan banyak anak-anak di Tanah Air. Kementerian Kesehatan mencatat dari 241 pasien penderita gangguan gagal ginjal akut di 22 provinsi, ada sebanyak 133 jiwa meninggal dunia.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyatakan, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada sebelas pasien anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), gangguan ginjal akut ini terjadi karena adanya senyawa berbahaya dalam tubuh, yaitu ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).

Budi menyatakan bahwa jika masuk ke dalam tubuh seseorang, EG, DEG dan EGBE dapat berubah menjadi asam oksalat. Bila asam oksalat memasuki ginjal, maka senyawa tersebut akan berubah menjadi kristal tajam kecil yang dapat merusak ginjal.

Tentunya ini menjadi tandatanya besar, mengapa obat sekarang malah berbahaya?

Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Zullies Ikawati mengungkap adanya kemungkinan obat sirup yang mengandung cemaran EG, DEG di luar ambang batas aman.

Dengan kandungan di luar ambang batas aman itu, Prof Zullies menyebut ada kemungkinan pergantian sumber bahan yang digunakan pada obat sirup tertentu itulah yang menyebabkan kematian pada anak-anak.

"Jadi itu menjadi pertanyaan banyak orang saya kira, kok dulu aman-aman saja, mengapa sekarang ada masalah? Mungkin salah satunya adalah sources-nya atau sumber bahan baku berubah," katanya dalam bincang eLife detikcom, dikutip Sabtu (22/10/2022).

"Industri farmasi itu kan kalau membuat obat itu kan pasti catch by batch, nggak mungkin langsung banyak, ada batchnya, mungkin batch sebelum-sebelumnya masih aman, mungkin selama ini menggunakan sumber tertentu yang nggak ada masalah," bebernya.

Prof Zullies menyebut pergantian sumber yang dilakukan industri farmasi, seperti beralih memasok bahan baku dari satu negara ke negara lain, bisa menjadi pemicu tercemarnya obat sirup.

Ia menyebut perlunya kajian ulang jika adanya perubahan bahan baku dalam obat sirup, sehingga dipastikan tidak ada impurities yang berisiko pada obat terkait. Namun Prof Zullies sendiri tidak bisa memastikan kaitannya kasus gagal ginjal anak-anak saat ini dengan konsumsi obat sirup yang terkontaminasi etilen glikol. Ia menyebut masih ada beberapa dugaan penyakit, termasuk multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C).

"Bisa saja ada pergantian sumber (bahan baku) misalnya yang dulu dari China, misalnya sekarang dari India, misalnya ya, tapi sekali lagi ini dugaan, itu kan harus dikonfirmasi lagi ya ke industri farmasinya ya," terang dia.

"Jadi bisa saja sebelumnya nggak ada masalah, tapi pada batch yang terakhir kebetulan sumbernya berasal dari sumber tertentu yang kualitasnya tidak bagus. Artinya impuritiesnya banyak, sehingga karena tidak dicek dari awal, tidak dipastikan, maka ada kemungkinan munculnya baru sekarang," pungkasnya.

Sumber : cnbcindonesia.com