REDAKSIRIAU.CO.ID Kontrak Karya Blok Rokan segera berakhir tahun 2021, PT Chevron Pacific Indonesia genap 50 tahun mengelola sumur minyak raksasa di Riau sejak 1971 lalu. Pemerintah pusat diam-diam dikabarkan akan memperpanjang kontrak ekploitasi migas tanpa melibatkan dan mendengarkan aspirasi masyarakat setempat.

Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 km2, pada 2016 lalu masih mampu menghasilkan minyak hingga 256.000 bph, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini.

Tokoh adat di Bumi Lancang Kuning merasa tersinggung atas sikaf pemerintah pusat yang tidak melibatkan komponen masyarakat Riau dalam menentukan operator migas yang akan menggarap ladang minyak super kaya di tanah air ini.

"Orang Jakarta (pemerintah pusat,red) itu banyak yang pekak, disangkanya dinegeri ini sudah tak ada orang," kata Ketua DPH LAM Provinsi Riau, Datuk Seri Syahril Abu Bakar kepada Radar, senin (30/7) sore.

Menyikapi hal ini Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau akan membawa permasalahan ini ke forum rapat adat yang akan di laksanakan Selasa malam tanggal 31 Juli 2018.

Sesuai undangan yang beredar dan diterima Redaksi Radar, rapat akan dilaksanakan sekira pukul 20.00 Wib s/d selesai, bertempat di Balai Adat Melayu Riau Jalan Diponegoro No. 39 Pekanbaru.

"Agenda menyikapi tentang berakhirnya kontrak Blok Rokan"

Ditempat terpisah salah seorang Presidium Fornas Perjuangan OTSUS Riau, Suhardiman Ambi juga menyatakan dukungan kepada LAM Riau untuk merebut Blok Rokan kembali kepangkuan ibu pertiwi atas pengelolaan asing.

"Bersama-sama kita desak pemerintah pusat agar melibatkan masyarakat adat Riau untuk menentukan masa depan Blok Rokan", kata Datuk Suhardiman saat ditemui di Gedung FKPMR/ Sekretariat Fornas OTSUS Riau.

"Mari bung rebut kembali, jika perlu kita akan duduki kantor PT Chevron dan lumpuhkan bandara, sebagai bentuk protes ke pemerintah pusat," tegas Datuk.

Menurut datuk perundingan ideal atas kontrak Blok Rokan harus bermuara kepada kesejahteraan Rakyat Riau jangka panjang 50 tahun kedepan.

"Harus jelas dulu siapa operator migasnya dan Riau dapat apa dan berapa persen anak daaerah bisa bekerja?, pemerintah pusat jangan asal main tunjuk perusahaan, dengar dulu aspirasi masyarakat adat di Riau," tambah Datuk.

Situasi di Jakarta

Sebagaimana diketahui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih mengkaji soal proposal Blok Rokan. BUMD Riau nihil, hanya ada dua nama operator migas  yang dikantongi pemerintah pusat akan menggarap blok tersebut.

Operator eksisting, PT Chevron Pacific Indonesia kembali disebut sebut akan memperpanjang kontraknya pasca 2021. Selanjutnya muncul nama Pertamina, BUMN migas ini juga tertarik menggarap ladang migas di Riau tersebut.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, proposal Chevron dan Pertamina masih diadu untuk memastikan siapa yang terbaik mengelola Blok Rokan ke depan.

"Lagi dievaluasi kan," ujar Djoko sebagaimana di kutip Radar dari detikFinance, Senin (30/7/2018).

Pihaknya pun belum bisa memastikan kapan waktu pengumuman operator blok migas tersebut. Rencananya, penunjukan operator blok migas terbesar di Indonesia dirilis dalam waktu dekat ini.

"Nanti lah, satu-satu aja dulu sabar," kata Djoko.

Operator Blok Rokan yang baru nantinya diharapkan bisa mempertahankan laju produksi. Produksi Blok Rokan saat ini per harinya di atas 200.000 barel per hari (bph).

"Mempertahankan produksi lah," tutur Djoko.

Untuk diketahui, Indonesia memiliki dua lapangan minyak raksasa di Blok Rokan, Riau. Kedua lapangan itu adalah Minas dan Duri. Lapangan Minas yang telah memproduksi minyak hingga 4,5 miliar barel minyak sejak mulai berproduksi pada 1970-an adalah lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.

Pada masa jayanya, produksi minyak Lapangan Minas pernah menembus angka 1 juta barel per hari (bph). Sekarang lapangan tua ini masih bisa menghasilkan minyak sekitar 45.000 bph. 

'Saudara' Lapangan Minas, yaitu Lapangan Duri, juga salah satu lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak mentah unik yang dikenal dengan nama Duri Crude. 

Elit Nasional Juga Angkat Bicara

Kelompok yang menamakan diri Gerakan Rakyat untuk Kedaulatan Blok Rokan (GRKBR) hari ini menggelar seminar nasional yang bertajuk Menuntut Pengelolaan Blok Rokan oleh BUMN. Acara ini membahas penolakan perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Rokan oleh Chevron.

Acara ini sendiri dihadiri oleh politukus senior dan Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Mantan Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, Anggota Komisi VII Kardaya Warnika, Ketua FSPPB Arie Gumilar, dan beberapa perhimpunan mahasiswa.

"Kita bisa berdaulat secara energi kalau negara ini punya kemampuan secara independen untuk mengelola sumber energi. Kalau tidak berdaulat makanya harus mampu melakukan hal ini," kata Marwan Batubara di Nusantara V, MPR RI, Jakarta, Senin (30/7/2018).

Dalam seminar ini, seluruh pembicara diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangan masing-masing terkait pengelolaan Blok Rokan. Mereka sepakat untuk mengambil alih pengelolaan Blok Rokan dari Chevron kepada Pertamina.

Ujung dari seminar ini nantinya dengan menandatangani petisi tentang 'Petisi Rakyat Untuk Blok Rokan'. Petisi itu berisi 7 poin yang intinya merebut kembali Blok Rokan dari Chevron.

Sementara itu Amien sendiri memandang bahwa Indonesia saat ini tengah terjadi korporatisasi yang mengalahkan demokrasi. Artinya kepentingan korporasi melebihi kepentingan orang banyak.

"Itu artinya dari kata korporat, artinya korporat yang menjadi kuasa. Ini fenomena," tuturnya.

Fenomena korporasi menurutnya juga didukung oleh pihak pemerintahan. Amien melihat korporatisasi saat ini dilestarikan di Indonesia. Atas dasar itu, Amien mengaku sangat mendukung petisi tersebut. 

"Sekalipun enggak didengar nantinya, mungkin Jonan (Menteri ESDM) bilang, apa ini cuma koar-koar saja. Tapi yang penting terus saja dilakukan, nanti pasti ada solisi. Kegelapan kalau masih ada lilin ya lumayan, kalau dimatikan nanti benar-benar gelap gulita," tuturnya.