REDAKSIRIAU.CO, TANAHDATAR - Petani jeruk nipis, di Nagari Tigo Jangko, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat, kini kehilangan semangat. Pasalnya, harga buah jeruk nipis, sejak awal tahun 2017 lalu anjlok di angka terendah Rp1.000 per kilogram. Padahal sebelumnya berada pada angka Rp13-15 ribu per kilogram di tingkat petani. Akibatnya, petani enggan memanen buah jeruk nipis. Hal itu terlihat dari buah berjatuhan dan sudah menguning berserakan di bawah pohon jeruk nipis. Kemudian, Petani tampak membiarkan kebun jeruk nipis ditumbuhi semak belukar karena tidak memiliki biaya perawatan. "Kini harga jeruk nipis murah. Sedangkan biaya perawatannya besar, seperti pupuk dan pengendalian hama seperti jamur, kemudian rumput dan semak belukar, jadi tidak sebanding, makanya dibiarkan dulu," sebut salah seorang petani jeruk nipis, Yasmi, kepada Bertuahpos.com, di sela-sela melihat kebun jeruk nipis. Saat ini buah jeruk nipis sedang banyak, sementara pemasarannya sedikit dan harganya murah. Di samping berbuah lebat, pohon jeruk nipis juga sedang berbunga. "Buahnya banyak sekali saat ini, sedangkan orang yang akan membeli tidak ada. Kalaupun ada, itu harganya rendah sekali, untuk upah memanennya saja tidak kembali," sebutnya. Yasmi, tidak tahu apa penyebab anjloknya harga jeruk nipis di pasaran. Namun dari informasi, akibat banjirnya jeruk nipis karena masuknya jeruk nipis dari Pulau Jawa dan Sulawesi ke pasar Sumatera. Sehingga jeruk nipis kelebihan pasokan dan membuat harga murah. "Kalau soal murahnya saya tidak tahu, tetapi ada kabar kalau kini sedang banjir pasokan Jeruk Nipis di pasaran," cerita ayah dua anak itu. Dia berharap agar Pemerintah mencarikan pemasaran jeruk nipis. Kemudian juga bisa mengolah jeruk nipis menjadi berbagai varian produk. "Masyarakat kita di sini rata-rata memiliki kebunjeruk nipis. Tetapi sekarang terlihat sedikit agak lesu," jelasnya. Dia juga berharap ke depannya harga jeruk nipis bisa kembali stabil.