Ritual Mappandre Sorong Nelayan Mandar Curi Perhatian Turis Asing

REDAKSIRIAU.CO, POLEWALI MANDAR, - Sebagai ungkapan doa dan rasa syukur atas rezeki yang berlimpah selama setahun terakhir, masyarakat nelayan pesisir Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menggelar ritual mappandre sorong atau ungkapan doa dan rasa syukur di Pantai Bahari, Rabu (7/9/2016).

Loading...
Tradisi turun temurun yang digelar setiap tahun ini tak hanya jadi ajang wisata rohani para nelayan, namun juga jadi ajang wisata budaya yang diminati wisatawan asing maupun wisatawan lokal.Sejumlah wisatawan asing bahkan ikut melarung sesajen ke tengah laut bersama para nelayan.

Rirual yang juga ditujukan untuk tolak bala ini merupakan tradisi warga pesisir secara turun temurun dari leluhur mereka. Mappandre sorong atau memberi sesajen kepada penguasa laut bermakna ungkapan persembahan kepada dewa laut agar keluarga mereka selamat dari bencana saat melaut.

Ritual mappandre soong dimulai dengan mengumpulkan sesajen yang berupa pisang, ayam goreng, telur, nasi ketan empat warna ke dalam sebuah perahu kecil.

Setelah persembahan ini didoakan oleh tokoh adat atau tokoh panutan di masyarakt pesisir yang dipercaya doanya makbul, warga kemudian melarung sesajen ke tengah laut diiiringi tabuhan rebana.

Perahu kecil yang berisi sesajen diarak ke tengah laut beberapa mil dari pantai sebelum dilarung atau dipersembahkan kepada dewa laut. Prosesi ini biasanya diiringi puluhan perahu nelayan sekitar. Setiap tahun, ritual mappandre sorong selalu berlangsung meriah.

Menurut panitia, pesta nelayan atau mappandre sorong ini merupakan wujud syukur nelayan atas limpahan rezeki yang berlimpah selama mereka melaut. Ritual digelar pada akhir musim angin barat setiap tahunnya.

“Ritual mappandre sorong ini bermakna sebagai doa dan ungkapan rasa syukur para nelayan pesisir atas rezeki mereka yang melimpah dan yang terpenting keluarga mereka selamat dari segala bencana,” ujar Muzakkir, Ketua Panitia.

Saat ritual pesta nelayan pesisir mandar ini digelar, semua nelayan di lingkungan ini tak melaut. Para nelayan dan keluarganya memilih berkumpul di tempat ini untuk merayakan pesta sakral tersebut.

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...