Kerusakan Alam Riau Kian Parah, Ekosistem Dunia Terancam

REDAKSIRIAU. CO, PEKANBARU- Perubahan iklim yang terjadi di Indonesia kian terasa. Cuaca ekstrem berulang kali terjadi di sejumlah daerah yang tidak jarang menyebabkan bencana alam. Hal itu memang mesti menjadi perhatian serius. Sebab jika akar masalah tidak diselesaikan secara tuntas, bisa saja bencana alam terulang lagi. Seeprti yang disampaikan pengamat lingkungan Dr Elviriadi SPi MSi kepada kru bertuahpos.com. "Mmemang sekarang perubahan yang drastis, cuaca ekstrem tidak menentu terjadi di dunia. Banyak rona muka bumi yang berubah. Gambut misalnya, fungsi untuk menyimpan karbondioksida dalam jumlah besar. Sekarang dikeruk sehingga lepas zat karbon. Ini yang menyebabkan gangguan kepada cuaca, timbul pemanasan di muka bumi," terangnya. Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska ini juga katakan dampak ekstrem pemanasan global yakni mencairnya es di kutub. "Ini berdampak pergeseran pada ekosistem lainnya. Karena ada kesalingkaitan antar degradasi lingkungan yang satu berimbas dengan situasi lingkungan yang lainnya," terangnya. Elviriadi katakan terjadinya hal itu dikarenakan tutupan lahan yang sangat minim di Indonesia, khususnya Riau. "Yang dulunya hutan hujan tropis sekarang sudah merosot kanopi tutupan lahannya itu. Ini menyebabkan terjadinya imbas kepada bentukan-bentukan ekologis," katanya. Elviriadi juga mengkritisi pemerintah pusat dan daerah yang cenderung lebih berpihak pada perusahan-perusahaan. "Pemberian izin lahan-lahan konsesi ratusan hektare secara masif, ke perusahaan HTI dan sawit itu yang menyebabkan kerusakan. Perusahaan-perusahaan ini yang jadi biang kerok kerusakan alam dengan cepat. Kalau masyarakat berapalah eksploitasi hutan,' katanya. Memang tidak dipungkiri adanya upaya perusahaan yang kembali memulihkan hutan-hutan yang sudah dirusak. 'Tetapi tidnakan perusahaan yang mengganti kerusakan tidak efektif dampaknya juga tidak signnifikan. Itu pun kadang-kadang tidak ada pengawasan. Seharusnya dinas kehutanan kita tidak mengecek itu," katanya. Belum lagi kasus ilegal logging yang terjadi di Riau terus saja terulang. "Ilegal logging di Riau ini sudah jadi lingkaran setan. Di sini bermain, di sana bermain. Harus tindak tegas tanpa jera, komitmen seluruh pihak. Kalau ini tegak hukumnya, insyaallah tidak ada yang bermain," katanya. Maka tidak heran jika Dunia Barat acap kali mengkritisi Indonesia terkait kebijakan yang tidak pro lingkungan. Namun tidak dipungkiri sikap dunia Barat dalam proporsional cara pandang. "Memang ada ketidak adilan dari cara pandang. Tetapi kita juga harus sadar, hutan di negara-negara Barat habis habis duluan ekosistemnya. Paru-paru dunia itu tinggal kita lagi. Makanya kita yang diwanti-wantinya," sebutnya. Jika persoalan ini dibiarkan berlanjut, maka harus bersiap dengan dampak yang lebih besar. "Akan terjadi perubahan iklim ekstrem. Kalau cuaca panas, panas sekali. Sewaktu dingin, dingin sekali. Ketika datang la nina dan el nino dampaknya akan gawat. Semuanya akan bermuara pada terganggunya ekonomi masyarakat, berdampak ke sosial politik. Timbul lah gejolak ASEAN," katanya. Hanya saja Elviriadi menilai lebih arif jika pemerintah daerah khususnya di Riau bergerak melindungi ekosistem tanpa harus menunggu dunia Barat. "Yang penting disini bagaimana Indonesia dan Riau khususnya komitmen dalam merehabilitasi lingkungan. Jangan menunggu bantuan Barat ke kita," katanya. (bpc2

Ikuti Terus Redaksiriau.co Di Media Sosial

Tulis Komentar


Loading...