REDAKSIRIAU.CO.ID, PEKANBARU — Pembangunan Proyek Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), Kementerian PUPR, Dirjen Cipta Karya, Balai Prasarana Pemukiman Provinsi Riau, Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman (P3) Provinsi Riau, yang tak kunjung selesai dikerjakan sejak tahun 2019 lalu di Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, selain merusak puluhan ruas jalan, ternyata juga merusak perekonomian ratusan warga.

Jalan yang rusak dan mengakibatkan jalan berdebu ketika cuaca panas dan berlumpur ketika hujan, serta sempit dan macet, bahkan ditutup, mengakibatkan pelaku usaha di sekitar lokasi proyek mengalami penurunan omset hingga 70 persen, bahkan harus tutup dan memindahkan usahanya.

Masyarakat yang mengandalkan perekonomiannya dari menjual kue, menjual lotek, menjual lontong, menjual bakso, usaha bengkel harus hengkang dari lokasi proyek Ipal yang tak berkesudahan tersebut.

Budi pemilik usaha Soto Kwali di Jalan Durian, Pekanbaru, kepada Bertuahpos.com, Jumat, 15 Oktober 2021, mengatakan IPAL di depan usahanya sudah tiga bulan dikerjakan, selama itu pula penghasilannya anjlok hingga 70%. “Ini sudah 3 bulan ditutup. Saya tetap buka aja,” kata Budi pemilik usaha Soto Kwali di Jalan Durian, Pekanbaru, persisnya di depan Brimobda Riau. 

Dari pengamatan Bertuahpos.com di lokasi, jalan itu kini ditutup total. Sejumlah pengendara yang terlanjur melintas bahkan harus putar balik karena tidak ada akses sedikitpun untuk melintas.

Budi mengaku sejak proyek IPAL di dekat usahanya berjalan, total 70% omzet usahanya anjlok. Dia mengaku kehabisan akal untuk menyiasati kondisi saat ini. Beberapa kali bahkan dia sempat menjumpai langsung para pekerja proyek tersebut hanya untuk memastikan kapan pekerjaan mereka akan selesai dan jalan kembali dibuka.

“Pernah saya tanya katanya 2,5 bulan siap. Tapi ternyata sudah 3 bulan belum juga selesai. Jalan di depan kan sudah 3 bulan ditutup. Penghasilan sangat jauh turun. Untuk modal dan sewa saja tidak kembali, apalagi untung,” jelasnya. “Kami berharap pemerintah tahu, bahwa pengerjaan proyek IPAL ini sangat mengecewakan.”

Dia juga membenarkan ada lebih dari 10 usaha masyarakat di sekitar itu tutup sementara lantaran memang mereka tak bisa membuka usahanya. Seperti usaha pangkas rambut, bengkel, percetakan, terutama usaha makanan. “Mereka tutup sekarang dan memilih untuk pulang kampung. Tak juga bisa buka jualan mereka kan,” jelasnya.

Santi, warga yang berdomisili di Jalan Durian, Pekanbaru juga menuturkan bahwa dengan ditutupnya jalan akibat proyek IPAL sangat mengganggu aktivitas warga sekitar, apalagi pedagang. “Di sini jadi sangat sepi. Orang jadi malas lewat sini kan karena ditutup. Tetangga saya, ada yang jual mie, dan sekarang tak bisa jualan lagi karena debu,” tuturnya.

Dia menambahkan, beberapa kali tetangganya itu sempat berkomunikasi dengan para pekerja untuk mencari solusi, namun hasilnya nihil. “Biarlah dikejar dulu, kalau tidak ganti rugi lah jualan dia itu. Tapi tidak juga,” sebutnya.

“Banyak berhenti. Usaha pangkas rambut, bengkel, usaha lotek juga tutup. Ada juga penjual bak mie dan cemilan juga tutup. Nggak sanggup lagi mereka bayar sewa tentu tutup usahanya,” kata Santi, warga yang berdomisili di kawasan itu, Jumat, 15 Oktober 2021.

Dia menuturkan, rata-rata para pedagang yang berjualan di sekitar pengerjaan proyek IPAL tersebut menyewa kios untuk usaha mereka. Namun selama 3 bulan, hingga kini pekerjaan penggalian belum selesai, persis para pedagang itu tidak punya penghasilan dan memilih menutup usaha mereka.

“Rata-rata di sini mereka sewa kios. Kalau usaha mereka tak bisa buka, terpaksalah harus tutup,” jelasnya.

Bertuahpos.com, pada Jumat, 15 Oktober 2021, berkeliling di sekitar kawasan Jalan Durian yang ditutup total karena pengerjaan proyek IPAL tersebut. Lebih dari 10 kios-kios pedagang di kawasan itu ditutup, dan hanya beberapa yang buka.

Sunar, salah seorang warga yang ditemui di Jalan Mangga, menyebutkan, salah satu kedai lontong di lokasi proyek Ipal di Jalan Mangga terpaksa pindah dari lokasi itu. Karena tak ada orang yang makan di kedai lagi karena jalan rusak dan berdebu. “Kedai lontong itu pindah kemarin karena tak ada orang makan di jalan yang berdebu tu,” ujar Sunar.

Sementara Koko, pemilik Kedai Kopi Pinang Jaya di Jalan Durian, ketika ditemui Bertuahpos.com, Sabu 16 Oktober 2021, mengaku akibat proyek Ipal di depan usahanya, dirinya mengalami penurunan lebih dari 50 persen. “Lama tak siap-siap proyek Ipal ini. Proyek Ipal depan ruko saya ini dua kali bongkar pasang. Omset kami turun lebih 50 persen,” ujarnya.

Ia mengaku tidak ada diberi ataupun dijanjikan kompensasi oleh kontraktor pelaksana ataupun Kementerian PUPR, Dirjen Cipta Karya, Balai Prasarana Pemukiman ataupun Satker P3 Riau selaku pemilik proyek atas kerugian yang dialaminya.

Sementara Kepala Satker P3 Riau Yenny Mulyadi, yang dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait jeritan para pelaku usaha ini, apakah ada kompensasi dan bentuk tanggung jawab lainnya, belum memberikan tanggapan.

Bertuahpos